Suatu Model Partisipasi Penyelamatan DAS Bila Walanae dalam Bentuk Pengelolaan Hutan Masyarakat di Desa Barugae Kabupaten Maros

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dimulai bulan Juli sampai September 2012 di desa Barugae, Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme sistem "sebuah model" dalam pengelolaan sumberdaya hutan yang dapat dipahami dan dijalankan oleh masyarakat dan pemerintah dalam pemanfaat sumberdaya hutan.\ud \ud Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep awal mula pembentukan lakara disebabkan oleh berapa permasalahan diantaranya adalah, dimana pemerintah menetapkan kawasan wilayah gunung Barugae sebagai kawasan lindung, padahal kawasan tersebut selain tempat flora dan fauna hidup, masyarakat juga menjadikannya sebagai tempat tinggal. Dalam sistem kepemilikan lakara (batas), masyarakat harus menanam pohon keras, guna mengetahui bahwa lahan tersebut sudah digarap, disamping itu batas-batas juga menggunakan batas alam, misalnya, sungai, gunung dan batu-batuan. Dalam pembagian wilayah lakara ada beberapa istrilah yang sering dipakai seperti Alepong dan Ale. Alepong dimaksudkan sebagai wilayah hutan primer yang letaknya jauh lebih tinggi dari perkampungan penduduk, di wilayah ini tidak diperbolehkan mendirikan rumah atau membuat kebun. Sedangkan Aloe dimaksudkan sebagai kawasan hutan sekunder, dimana pada kawasan ini sudah pernah dibuka untuk membuat kebun, tetapi sudah ditinggalkan