Konflik-konflik Sosial di Pertambangan Migas: Kasus Muara Badak di Kalimantan Timur

konflik-konflik yang terjadi\ud dapat dibedakan antara, pemiiik tanah dengan pihak perusahaan, antara migran\ud pendatang baru dengan penduduk pribumi dan antara pemilik tanah dengan\ud petani penggarap. Antara migran pendatang dan pribumi meliputi persaingan\ud memperoleh lapangan pekerjaan dan masalah tanah pertanian; sedangkan\ud dengan perusahaan migas meliputi limbah dan kesempatan kerja dan kecemburuan\ud ekonomi. Penduduk pribumi yang merasa memiliki tambang justru\ud lebih banyak sebagai penonton. Keseluruhan faktor ini menjadi penyebab\ud terjadinya konflik di daerah migas.Indonesia dapat dikategorikan sebagai Negara produsen dan eksportir\ud migas lebih dari separuh penghasilan Negara berasal dari migas. Namun,\ud kondisi daerah pertambangan migas bukanlah daerah yang ideal untuk kehidupan masyarakat.\ud Konflik-konflik sosial berkembang di daerah ini. Artikel ini membahas konflik-konflik, khususnya tentang sebab-musababnya di daerah\ud pertambangan migas di Kalimantan Timur, yang merupakan salah satu pemasok\ud migas utama Indonesia. konflik-konflik baik pertanahan, limbah,\ud perubahan lingkungan, dan persaingan antara pendatang dan penduduk pribumi\ud terjadi kadang meningkat keras di Kalimantan Timur. Masalah ini tidak\ud hanya muncul pada masa reformasi, melainkan merupakan akumumulasi masalah yang terjadii jauh sebelumnya. Pembahasan akan diawali sejak masa komunis sampai pada masa Orde Baru, meskipun konflik-konflik itu dapat\ud diperkirakan masih berlangsung sampai masa kini. pembahasan dibatasi pada wilayah pertambangan VICO di Muara Badak, yang diharapkan dapat dianggap\ud mewakili kondisi pertambangan migas pada umnmnya