TUNJUNGAN SURABAYA DIALECTICAL SPACE: FROM HISTORICAL TO MILLENNIAL AREA

Revitalisasi Jalan Tunjungan di Surabaya memperlihatkan sebuah fenomena urban dalam memenuhi tuntutan dari perkembangan urban. Bersamaan dengan perkembangan zaman, Jalan Tunjungan menghadapi tantangan-tantangan dalam menyeimbangkan kebutuhan perkotaan sebagai ruang urban yang memiliki konteks sejarah. Sebagai konsekuensinya, perkembangan dari sebuah kawasan urban berdampak pada dinamika produksi ruangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor bagaimana ruang urban dihidupkan kembali untuk memenuhi tuntutan dari perkembangan urban melalui praktek dari produksi ruang. Penelitian ini berfokus pada bagaimana produksi ruang sosial di Jalan Tunjungan diproduksi melalui proses revitalisasinya dan bagaimana pengguna ruang ini menerima perubahan tersebut sebagai hasil dari revitalisasi itu sendiri. Penelitian ini akan menggunakan perspektif dari teori Henri Lefebvre tentang produksi ruang yang menjelaskan beberapa fase melalui perjalanan sejarah Tunjungan dan dialektika tiga dimensi dari produksi ruang. Saya menemukan bahwa proses revitalisasi di Tunjungan yang cenderung mevisualisasikan segalanya terlihat estetik atau ““Instagrammable”, dapat dipahami sebagai perwujudan dari ruang yang memiliki keterkaitan dengan oposisi dialektis yang melibatkan dua peran aktif antara pemerintah dan pengguna ruang tersebut. Oleh karena itu, revitalisasi di Jalan Tunjungan mengkontruksi sebuah pembaharuan dari kawasan ini yang berakibat pada jatuhnya ruang ke dalam ruang dialektika dan memperluas kemampuan ruang itu sendiri untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan dari penggunaan dan pengalaman yang terjadi dalam ruang tersebut