POTENSI PENCEMARAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH AKIBAT PENGOLAHAN EMAS DENGAN TEKNIK GELONDONG

Pertambangan emas rakyat telah berlangsung lama di wilayah Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Pengolahan emas yang dilakukan sebagian besar penambang menggunakan Teknik Gelondong. Prinsip kerja dari teknik ini adalah proses amalgamasi dengan menggunakan merkuri (Hg) sebagai pengikat emas dari bijihnya. Proses ini menghasilkan limbah cair dan limbah padat (tailings) yang dibuang ke kolam penampungan. Sebagian tailings tersebut mengendap dan sebagian terbawa bersama limbah cair yang dibuang ke badan sungai terdekat. Limbah yang masuk ke sungai masih mengandung merkuri cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkan pencemaran di sungai dan apabila sungai ini digunakan sebagai sumber irigasi sawah maka lahan persawahan akan ikut tercemar. Dikhawatirkan konsentrasi merkuri di dalam tanah tinggi dan terakumulasi pada tanaman sehingga masuk ke dalam rantai makanan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian ini untuk mengevaluasi dan mengukur potensi pencemaran merkuri (Hg) di tanah sawah sekitar lokasi pertambangan emas rakyat di Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong yang menggunakan Teknik Gelondong dalam proses pengolahannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2018, yang terdiri dari kegiatan lapangan dan analisis laboratorium. Kegiatan lapang meliputi pengambilan 9 sampel air, 6 sampel sedimen, 3 sampel tanah, dan 3 sampel tanaman di lokasi yang berbeda. Kegiatan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Bengkulu, Bengkulu dan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh sampel tersebut mengandung merkuri dan melebihi nilai ambang batas. Hg total tertinggi dalam air yaitu sebesar 0,44 ppm, dalam sedimen sebesar 58,19 ppm, dalam tanah sebesar sebesar 15,44 ppm, dan dalam tanaman sebesar 16,85 ppm