UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN BINTARO DAN BIJI BINTARO (Cebera odollam Gartn) DALAM MENGENDALIKAN KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.) TERHADAP HASIL TANAMAN KEDELAI

Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia setelah padi dan jagung, karena kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang dibutuhkan oleh manusia. Kepik hijau merupakan salah satu serangga yang bersifat polifag atau yang mempunyai kisaran inang luas, sehingga berpotensi menjadi hama berbagai tanaman. Upaya yang sering dipakai di kalangan masyarakat saat ini yaitu dengan penggunaan pestisida kimia sintetik, salah satu upaya yang dapat di lakuakan untuk mengurangi penggunaan pestisda sintetik yaitu dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan pestisida nabati. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan pestisida nabati adalah tanaman Bintaro (Cerbera odollam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun dan biji bintaro (Cerbera odollam) dalam mengendalikan hama kepik hijau pada tanaman kedelai. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2017 - Februari 2018. Lokasi penelitian bertempat di lahan percobaan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yakni: K0 = Kontrol, K1 = Daun 50 ml/l, K2 = Daun 100 ml/l, K3 = Daun 150 ml/l, K4 = Biji 50 ml/l, K5 = Biji 100 ml/l, K6 = Biji 150 ml/l Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan setiap percobaan terdiri dari 2 tanaman. Variabel yang diamati meliputi mortalitas N. viridula, persentase kerusakan polong, jumlah polong terserang, jumlah polong sehat, bobot 100 biji sehat, bobot 100 biji terserang, dan bobot biji layak jual. Hasil penelitian menunjukkan mortalitas kepik hijau tertinggi terdapat pada perlakuan biji bintaro 100ml/l dan 50 ml/l dengan mortalitas sebesar 66,66%, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan biji bintaro 150/ml dengan mortalitas sebesar 58,33%, berbeda tidak nyata dengan perlakuan daun bintaro 150ml/l dengan mortalitas 50%, berbeda tidak nyata dengan perlakuan daun bintaro 100ml/l dan 50 ml/l dengan mortalitas sebesar41,66%, dan berbeda nyata dengan kontrol dengan mortalitas sebesar 0%