Penerapan Prinsip Restorative Justice Dalam Perkara Tindak Pidana Lalu Lintas Dengan Anak Sebagai Pelaku (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polres Kuansing)

Penyidik dituntut untuk mampu melakukan penegakan hukum Restorative Justice melalui tindakan diversi dalam menangani perkara tindak pidana anak khususnya masalah lakalantas ini. Pengalihan proses peradilan anak atau yang disebut dengan diversi berguna untuk menghindari efek negatif dari proses-proses peradilan selanjutnya dalam administrasi peradilan anak, misalnya labelisasi akibat pernyataan bersalah maupun vonis hukuman. Berdasarkan fenomena diatas, mengingat pentingnya prinsip pendekatan restoratif justice dengan cara diversi ini, agar sianak yang mempunyai konflik dengan hukum, tidak selalu diberikan hukuman penjara oleh vonis pengadilan, karena akan berdampak terhadap psikologis si anak tersebut dikemudian hari. Perumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip restorative justice dalam perkara tindak pidana lalu lintas dengan anak sebagai pelaku di wilayah hukum Polres Kuansing dan kendala dalam penyelesaian perkara tindak pidana lalu lintas dengan prinsip restorative justice terhadap anak sebagai pelaku di wilayah hukum Polres Kuansing. Jenis penelitian ini merupakan observational reseach dengan cara survai, yaitu penelitian yang mengambil data langsung dari populasi/responden dengan mengadakan wawancara sebagai alat pengumpul data, kemudian dari data yang diambil dilakukan pengolahan sehingga diperoleh kesimpulan dengan metode deduktif. Sedangkan jika dilihat dari sifatnya maka penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menjelaskan dalam bentuk kalimat yang jelas dan rinci tentang penerapan prinsip restorative justice dalam perkara tindak pidana lalu lintas dengan anak sebagai pelaku di wilayah hukum Polres Kuansing. Penerapan Prinsip Restorative Justice dengan anak sebagai pelaku di wilayah hukum Polres Kuansing dilaksanakan melalui proses diversi oleh Anggota Polres Kuansing yaitu proses di luar peradilan pidana dilakukan melalui diversi. Hal ini dilakukan agar penyelesaian masalah kasus anak terkait tindak pidana lalu lintas yang dilakukannya dapat diatasi dengan upaya damai dengan menghadirkan korban, keluarga korban dan pelaku (sianak) bahkan keluarga si pelaku juga turut dihadirkan dalam proses diversi tersebut. Kendala dalam penyelesaian perkara tindak pidana lalu lintas dengan prinsip restorative justice terhadap anak sebagai pelaku diantaranya : Faktor SDM bagi apara Polres Kuansing yaitu masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan penyidik Satlantas dalam menerapkan perdamaian dalam penyelesaian perkara pidana lalu lintas, faktor sulitnya menyatukan pemikiran antara pihak korban dan pihak anak yang berkonflik dengan hukum agar tercapainya kesepakatan, faktor terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai dalam proses diversi, faktor jumlah uang santunan yang diminta korban kepada pelaku tidak sesuai dengan kesanggupan ekonomi pelaku, faktor Pelaku tidak merasa bersalah atas peristiwa kecelakaan yang terjadi dan faktor meninggal dunianya korban kecelakaan. Ke 6 (enam) faktor inilah yang tidak mendukung penyelesaian perkara di luar peradilan atau perdamaian sehingga prinsip Restorative Justive melalui upaya diversi tidak terlaksana dengan baik, sehingga sianak sebagai pelaku dilakukan proses penyelesaian perkaranya melalui pengadilan Anak. Kata kunci : restorative justice-tindak pidana lalu lintas anak-pelaku di wilayah hukum- Polres Kuansing