KEBIJAKAN RUSIA MENYEPAKATI KERJASAMA GAS ALAM DENGAN TIONGKOK DALAM PERIODE KRISIS ANEKSASI KRIMEA 2014

Finalisasi kontrak kerjasama gas alam Power of Siberia antara Rusia dan Tiongkok akhirnya disepakati setelah proses negosiasi selama 10 tahun. Finalisasi tersebut juga terkait dengan kebijakan turn to East Rusia serta pemberian sanksi Barat akibat krisis Krimea. Meskipun begitu, detail mengenai ketentuan di dalam kontrak tersebut tidak dijabarkan secara pasti oleh pemerintah Rusia. Oleh karenanya kemudian dipahami bahwa kerjasama tersebut tidak hanya terdiri atas kepentingan ekonomi tetapi juga kepentingan politik antara dua negara. Terutama oleh Rusia karena sebelumnya dirugikan akibat sanksi Barat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepentingan jangka panjang Rusia di balik kesepakatan Power of Siberia. Untuk menjelaskan kepentingan tersebut, peneliti melakukan analisis melalui perspektif Realisme Defensif yang dijelaskan lebih lanjut dalam kode geopolitik Rusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rusia melalui disepakatinya kerjasama tersebut berusaha untuk menggeser fokus integrasi dan kekuatannya dari lingkup Euro-Atlantik ke Eurasia, sehingga menjadi Eurasian power. Pertimbangan atas pergeseran kekuatan tersebut bersumber dari perspektif Rusia mengenai Uni Eropa selaku musuh Rusia dan Tiongkok selaku sekutu Rusia