IMPLEMENTASI KOMUNIKASI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN BRAND AWARENESS (Studi Deskriptif Kualitatif pada BHUMI Hostel Kotagede Yogyakarta)

Meningkatnya jumlah jasa akomodasi, tentu tak lepas dari keinginan individu untuk melakukan rekreasi atau traveling. Hostel menjadi salah satu alternatif akomodasi yang menemani perjalanan traveller dalam mengeksplor lokasi baru (Dewi, 2017). Namun masalah dasar yang dimiliki oleh BHUMI Hostel, yaitu kurangnya brand awareness kepada turis lokal tentang bagaimana dan apa itu BHUMI Hostel yang beberapakali disalahpahami sebagai “hotel” oleh wisatawan lokal yang memiliki referensi berbeda dengan konsep “hostel” itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan komunikasi pemasaran dalam pelaksanaan program-programnya guna meningkatkan brand awareness BHUMI Hostel Kotagede Yogyakarta di kalangan turis lokal. Penelitian ini pula dianalisis melalui 8 tahapan komunikasi pemasaran efektif menurut Kotler, dan untuk mengetahui peningkatan brand awareness yang diketahui melalui pengukuran melalui 5 tahap kekuatan merek oleh Aaker. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Data temuan diperoleh melalui wawancara mandalam semiterstruktur, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap Manajamen BHUMI Hostel, yakni Pemilik dan Manajer. Diperlengkap dengan wawancara terhadap konsumen Warga Negara Indonesia yang sedang menginap di BHUMI Hostel. Komunikasi pemasaran efektif yang diimplementasikan yakni mengidentifikasi audiens sasaran, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih saluran komunikasi, telah menentukan total anggaran promosi, memilih bauran promosi, dan mengukur hasil promosi. Implementasi ini berdampak pada meningkatnya brand awareness yang diukur melalui persepsi kualitas, kepuasan/loyalitas, asosiasi/diferensi, perilaku pasar yang akhirnya meningkatkan brand awareness BHUMI Hostel pada tahap brand recognition adalah pengenalan suatu merek yang melibatkan bantuan sehingga dapat diingat kembali, yang mana ini adalah minimal dalam kesadaran merek (Swasty, 2016, hal.115)