Kebijakan Rusia dalam Aneksasi Krimea pasca Penjatuhan Sanksi Ekonomi oleh Uni Eropa

Penelitian ini bertujuan untuk melihat alasan dibalik konsistensi Rusia untuk tetap mempertahankan kebijakannya menganeksasi wilayah Krimea meski telah terdampak sanksi-sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Uni Eropa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian eksplanatif-analisis. Untuk menganalisis konsistensi Rusia ini peneliti menggunakan model level of stateness dari political theory of economic statecraft oleh Jean Marc. F.Blanchard dan Norrin Ripsman. Terdapat tiga komponen yang digunakan dalam melihat level of stateness Rusia, yaitu decision making autonomy, legitimacy dan capacity. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan mengkombinasikan ketiga komponen stateness, terlihat bahwa Rusia mempunyai level of stateness yang tinggi. Dengan decision making autonomy yang tersentralisir dengan eksekutif yang mendominasi proses pembuatan kebijakan dengan Presiden Putin sebagai aktor sentral. Kemudian, Legitimacy juga berada pada level yang tinggi dengan dukungan politik yang pandangan yang positif atas kebijakan Presiden Putin. Kemudian, capacity juga tergolong tinggi dengan adanya kebijakan devaluasi rubel untuk menstabilkan pemasukan pemerintah dan penerapan sanksi balik berupa food embargo. Dengan kombinasi ketiganya maka Rusia mempunyai kemandirian kuat yang memungkinkan mereka untuk konsisten terhadap kebijakan dan bertahan dari tekanan sanksi ekonomi Uni Eropa