FENOMENA PERKAWINAN CAMPURAN ANTARA ETNIS JERMAN DENGAN ETNIS MINANGKABAU ( KASUS PADA PASANGAN THOMAS DAN JAMILA )

Penelitian ini mengangkat fenomena perkawinan campuran berbeda kewarganegaraan yang memutuskan menetap di wilayah Indonesia. Perkawinan campuran cenderung memiliki banyak hambatan komunikasi dibandingkan dengan pernikahan pada umumnya karena adanya perbedaan budaya yang sangat jauh serta kurangnya informasi mengenai budaya asing sehingga banyak menimbulkan stereotip negatif hingga munculnya konflik antarbudaya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pasangan perkawinan campuran mereduksi konflik yang timbul dalam pernikahan mereka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Face Negotiation Theory dari Stella Ting-Toomey yang menjelaskan bagaimana seseorang bereaksi berbeda dalam kebudayaan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang diarahkan kepada metode Life Hystory. Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan pelaku perkawinan campuran dengan suami berkebudayaan Jerman dan istri berkebudayaan Minangkabau. Dari data yang diperoleh penerapan Face Negotiation Theory membantu suami yang berkebudayaan Jerman dalam berinteraksi dengan masyarakat setempat yang berkebudayaan Minangkabau dengan menampilkan citra diri yang berbeda dengan kebudayaan Jerman yang dimilikinya. Reduksi hambatan komunikasi antarbudaya yang terjadi pada pasangan perkawinan campuran banyak dilakukan oleh suami yang berkebudayaan Jerman dengan menyesuaikan diri dengan kebudayaan Minangkabau seperti penggunaan bahasa Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari, penyesuaian cara dan pola makan, penampilan dan kepercayaan. Kata Kunci : Perkawinan campuran, Komunikasi Antarbudaya, Stereotip, Face Negotiation Theory, Jerman, Minangkaba