HUBUNGANPERSONAL HYGIENE DAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA PETUGAS PENGELOLA SAMPAH DI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA PADANG TAHUN 2012

Menurut penelitian Khairrunnas pada tahun 2004, 67,1% personal hygiene dari pekerja pengangkut sampah tidak memenuhi syarat dan 60% pekerja pengangkut sampah menderita dermatitis di kota Semarang. Selain itu, menurut penelitian Dahlia Kristina pada tahun 2010, diketahui bahwa 51,5% petugas pengelola sampah di TPA Namo Bintang mengalami keluhan ganggguan kulit dan terdapat hubungan bermakna antara personal hygiene dan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit.8,9 Petugas pengelola sampah di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang berjumlah 118 orang. Petugas pengelola sampah terbagi atas tiga kelompok yaitu, bagian pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan. Dalam menjalankan pekerjaannya seringkali mereka tidak menggunakan alat pelindung diri. Hal ini dapat diliihat ketika mereka mengangkut sampah di tempat penampungan sementara (TPS). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kontak langsung antara petugas pengelola sampah dengan bahaya (sampah). Sehingga akan berisiko terjadinya keluhan gangguan kulit. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada 14 Februari 2012 dengan 14 orang responden, diketahui bahwa 71,43 % dari responden mengakui pernah mengalami gangguan kulit, seperti gatal – gatal pada jari, tangan, dan kaki. Sedangkan untuk personal hygiene, 65,2 % responden memiliki personal hygiene yang kurang. Selain itu, juga diketahui bahwa 35,71 % dari petugas tidak menggunakan sepatu kerja. Sedangkan yang tidak menggunakan sarung tangan adalah 100 %. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui hubungan personal hygiene dan pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang Tahun 2012