ANALISIS TATANIAGA BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KENAGARIAN KURANJI HULU KECAMATAN SUNGAI GERINGGING KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Namun, peningkatan produksi yang terjadi belum diikuti oleh peningkatan pengolahan pasca panen dan sistem pemasaran yang baik. Masih banyak petani kakao yang melakukan proses atau pengolahan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang mengakibatkan biji kakao bermutu rendah (Syarfi, 2008). Di samping kurangnya kegiatan pengolahan pasca panen bagi keluarga petani, adanya peningkatan produksi tidak akan begitu berarti kalau produksi yang diperoleh tidak dapat dipasarkan dengan baik. Dengan kata lain peningkatan produksi juga harus diiringi oleh sistem tataniaga yang baik dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga petani (Kartasapoetra, 1986). Aspek tataniaga disadari sebagai aspek yang sangat penting. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga tataniaga yang terdiri dari produsen, pedagang pengumpul, eksportir, importir, menjadi amat penting. Lembaga tataniaga ini khususnya bagi negara berkembang yang dicirikan dengan lemahnya pemasaran hasil pertanian akan menentukan mekanisme pasar (Soekartawi, 1995). Mubyarto (1987) menambahkan bahwa pemasaran hasil pertanian di negara kita merupakan bagian yang terlemah dalam mata rantai perekonomian Indonesia. Hal ini menandakan efisiensi di bidang pertanian masih rendah, dan masih ada kemungkinan untuk dipertinggi. Jadi untuk meningkatkan pendapatan petani, selain dengan meningkatkan produksi, juga diperlukan suatu sistem pemasaran yang efektif dan efisien, yang dapat menyalurkan hasil usahatani petani tersebut dari produsen ke konsumen akhir dengan harga yang diingini petani dan konsumen