PERENCANAAN PENANGGULANGAN SISWA PUTUS SEKOLAH PADA TINGKAT PENDIDIKANWAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI KABUPATEN AGAM

Hal inilah yang menjadikan fenomena putus sekolah berlarut-larut sehingga sulit diatasi. Sekolah, termasuk sekolah-sekolah negeri, tidak tergerak untuk mencari tahu atau menjaring anak-anak usia wajib belajar yang tidak bisa bersekolah. Aparat dinas pendidikan baik tingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan juga tidak merasa anak-anak yang tidak bersekolah sebagai tanggung jawabnya. Petugas kelurahan, perangkat RT dan RW, juga tidak mengurus mereka. Untuk bisa mendapatkan penanggulangan yang tepat perlu dilakukan analisis faktor penyebab siswa putus sekolah, menurut elfindri (2008) menyatakan bahwa partisipasi sekolah semakin tinggi dengan semakin keluarga berpenghasilan tinggi, pada kesempatan lain hasil kajian menunjukan bahwa faktor resiko anak putus sekolah dijumpai pada kelompok rumah tangga yang orang tunya tidak sekolah atau maksimum hanya sekolah dasar. Anak wanita dapat saja putus sekolah ketika memiliki saudara lebih banyak sebagai cara untuk substitusi pekerjaan orang tua, khususnya ibu, untuk pengasuhan anak yang relatif berusia balita. Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang analisis faktor- faktor yang mempengaruhi siswa putus sekolah (drop out) pada tingkat pendidikan Wajib belajar 9 tahun di Kabupaten Agam