LEVEL PEMAKAIAN CAMPURAN JERAMI AMONIASI DENGAN LIMBAH DARAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DALAM RANSUM TERNAK RUMINANSIA SECARA IN VITRO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik cairan rumen dari campuran jerami padi amoniasi dengan limbah darah RPH (JAD) serta pemakaiannya dalam ransum ternak ruminansia. Materi yang digunakan adalah jerami amoniasi (JA), campuran jerami amoniasi dengan limbah darah RPH (JAD), ransum yang memakai JAD, cairan rumen, larutan McDougall sebagai saliva buatan. Metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua kali ulangan. Penelitian ini dilakukan dalam dua eksperimen. Eksperimen I yaitu penentuan karakteristik cairan rumen dan penentuan kecernaan nutrien secara in vitro two stage (faktor A : jerami padi ; JA=jerami amoniasi, JAD=campuran jerami amoniasi dengan limbah darah RPH), faktor B : waktu inkubasi untuk penentuan karakteristik cairan rumen (B1=1 jam, B2=3 jam, B3=6 jam, B4=12 jam, B5=24 jam, B6=48 jam) dan faktor B : tahap inkubasi untuk penentuan kecernaan nutrien secara in vitro two stage (B1=inkubasi tahap I, B2=inkubasi tahap II) dari perlakuan JA dan JAD secara in vitro two stage. Eksperiman II yaitu penentuan karakteristik cairan rumen dan penentuan kecernaan nutrien ransum perlakuan (faktor A adalah ransum : R1=ransum terdiri atas JAD 27 % dengan 73 % kosentrat, R2= ransum terdiri atas JAD 35 % dengan 65 % kosentrat), faktor B : waktu inkubasi untuk penentuan karakteristik cairan rumen (B1=1 jam, B2=3 jam, B3=6 jam, B4=12 jam, B5=24 jam, B6=48 jam) dan faktor B : tahap inkubasi untuk penentuan kecernaan nutrien (B1=inkubasi tahap I, B2 =Inkubasi tahap II) dari ransum perlakuan secara in vitro two stage. Peubah yang diukur Eksperimen I adalah pH, produksi NH3, produksi VFA, kecernaan BK, kecernaan BO, kecernaan PK dan kecernaan SK. Sementara pada Eksperimen II adalah sama seperti pada eksperimen I. Eksperimen I., Produksi VFA JAD relatif lebih tinggi yaitu sekitar 68,26 – 106,91 mM dan juga produksi NH3 yang relatif tinggi berkisar 36,5-60,94 mM, pada pH menunjukkan nilai yang relatif sama. Kecernaan nutrien relatif tinggi pada JAD, pada tahap inkubasi II kecernaan BK dan BO sangat nyata lebih tinggi (p<0.01) dibandingkan tahap I. Kecernaan PK dan SK menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antara tahap I dan tahap II, walaupun demikian kecernaan PK dan SK pada tahap II relatif tinggi dibanding tahap I. Eksperiman II., Produksi VFA R1 berkisar antara 112,5–122,5 mM dengan rataan 117 mM, R2 berkisar antara 110-125 mM dengan rataan 116,8 mM, produksi NH3 R1 berkisar antara 4,68-6,38 mg/100 ml dengan rataan 5,56 mg/100 ml, R2 berkisar antara 5,11-6,17 mg/100 ml dengan rataan 5,64 mg/100 ml dan pH menunjukkan nilai yang relatif sama. Kecernaan BK, BO, PK dan SK kedua ransum perlakuan lebih tinggi (P<0.05) pada tahap inkubasi II dibandingkan tahap inkubasi I. Sementara antara ransum perlakuan tidak terjadi perbedaan yang nyata (P>0.05) terhadap kecernaan BK, BO dan nyata lebih tinggi (P<0.05) terhadap kecernaan PK dan SK. Pada tahap I inkubasi., Kecernaan SK pada waktu inkubasi 48 jam nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan tahap inkubasi 24 jam. Sehingga kecernaan SK antara ransum R1 dan ransum R2 berbeda nyata (P