RANCANGAN FASILITAS PUBLIK BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI GEDUNG PERKULIAHAN I UNIVERSITAS ANDALAS

Jumlah penduduk penyandang disabilitas pada tahun 2000 berdasarkan data SUSENUS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) mencapai 1,46 juta penduduk, hingga tahun 2010 jumlah penyandang disabilitas mencapai 11,58 juta penduduk berdasarkan data Sosial Republik Indonesia. Peningkatan jumlah ini sudah semestinya juga diikuti dengan peningkatan fasilitas yang aksesibel di lingkungan. Penyediaan fasilitas yang aksesibel didukung dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006. Sejak tahun 2014, penyandang disabilitas berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) akan tetapi terdapat beberapa jurusan yang tidak menerima semua golongan penyandang disabilitas, seperti jurusan farmasi dan kimia tidak menerima mahasiswa tuna netra dan jurusan ilmu olah raga tidak menerima pengguna kruk dan kursi roda. Perancangan fasilitas publik yang aksesibel di universitas sangat diperlukan untuk membantu para pengguna dalam bersosialisasi, belajar dan berkomunikasi di area kampus. Universitas Andalas merupakan salah satu institusi yang telah berhak menerima penyandang disabilitas untuk ikut dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penyandang disabilitas masih mengalami kesulitan dalam menggunakan fasilitas publik di kawasan gedung perkuliahan. Saat ini di Universitas Andalas, gedung yang memiliki fasilitas yang cukup aksesibel adalah gedung perkuliahan I. Salah satu fasilitas tersebut adalah ram (pijakan miring), akan tetapi belum aksesibel pada jalur pedestrian, area parkir, tangga dan toilet. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, fasilitas yang aksesibel dan ergonomis pada gedung perkuliahan I masih belum sesuai dengan standar. Oleh sebab itu, pengembangan fasilitas publik yang aksesibel dilakukan pada trotoar, area parkir, ram, tangga dan toilet yang terdapat di gedung perkuliahan I. Rancangan dilakukan dengan memperhatikan kendala-kendala yang dialami oleh pengguna kursi roda, pengguna kruk dan tuna netra. Langkah selanjutnya adalah pemilihan data antropometri dalam penentuan dimensi fasilitas dengan prinsip rancangan individu ekstrim. Pemodelan rancangan dilakukan dengan menggunakan software AutoCAD 2012