APLIKASI TANAMAN OBAT PADA PENYAKIT HATI

Beberapa bulan terakhir ini mulai bermunculan obat khusus untuk penyakit hati. Namun demikian masih tergolong kurang bila dibandingkan sebelum keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan tahun 1985 yang mencabut peredaran beberapa macam obat termasuk obat golongan hepatoprotektor. Walaupun demikian Menteri Kesehatan menganjurkan agar menggalakkan penggunaan obat yang berasal dan tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat masih dapat diandalkan. Bila ditinjau berdasar hasil penelusuran kepustakaan sedikitnya ada 140 jenis turnbuh-tumbuhan di Indonesia yang secara tradisional dapat dimanfaatkan untuk penyakit hati. Menurut sejarahnya tumbuhan merupakan salah satu bahan alam yang paling tua yang dikenal sebagai bahan obat. Penemuan tumbuh-tumbuhan sebagai obat dilakukan secara empiris dan pengetahuan mengenai sumber, cara pengolahan, penggunaan dan manfaatnya telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang kemudian kita kenai sebagai obat tradisional. Obat asal tumbuh-tumbuhan pada permulaannya digunakan dalam bentuk segar/bentuk aslinya atau setelah mengalami perlakuan fisik atau mekanik sederhana seperti dikeringkan dan ditumbuk untuk dihaluskan kemudian diseduh dengan air, dan selanjutnya kita kenai sebagai jamu. Untuk memperoleh sediaan obat yang lebih praktis dan meningkatkan stabilitas serta mempermudah pengontrolan kualitasnya dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi dilakukan sedemikian rupa sehingga senyawa berkhasiat yang diinginkan terekstraksi maksimal. Dengan cara ekstraksi ini dapat diperoleh sediaan obat dengan kadar senyawa aktif yang lebih tinggi dari bahan asalnya dan dengan spesifikasi yang dapat dilakukan. Obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang melalui cara ini dan prosedur penelitian ilmiah semacam ini disebut obat golongan "fitofarmaka". Yang diharapkan dari Departemen Kesehatan ialah menggalakkan penelitian secara ilmiah terhadap obat tumbuh­ tumbuhan sehingga ditemukan obat golongan fitofarmaka