ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA MANGROVE Avicennia marina DI PULAU SARINAH, KECAMATAN JABON, SIDOARJO, JAWA TIMUR

Perairan di Kecamatan Porong Sidoarjo merupakan salah satu kawasan pesisir di Jawa Timur yang terkena dampak dari pencemaran lingkungan berbahaya yang dikenal sebagai banjir lumpur panas Lapindo. Pencemaran tersebut terjadi pada tanggal 27 Mei 2004 yang berasal dari salah satu perusahaan minyak dan gas bernama PT. Lapindo Brantas. Sampai saat ini pembuangan lumpur lapindo masih dialirkan ke Muara Sungai Porong. Menurut Dahuri dan Arumsyah (1994), masuknya bahan pencemar ke dalam sungai atau perairan dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan bahkan pencemaran polutan terhadap laut. Apabila polutan logam berat masuk ke dalam perairan maka akan menjadi ancaman yang serius bagi manusia dan makhluk hidup yang hidup di sekitar wilayah muara Sungai Porong. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 di Pulau Sarinah Sidoarjo, Jawa Timur. Analisis konsentrasi logam berat timbal (Pb) dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya. Pengambilan sampel di tiga stasiun dengan waktu setiap minggu selama tiga kali. Metode penelitian menggunakan metode survei yang dilalukan di kawasan perairan Pulau Sarinah. Sampel akar, daun mangrove, air dan sedimen diuji menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Parameter penunjang yang diamati pada penelitian ini berupa suhu, pH dan salinitas. Analisis data menggunakan perangkat program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 untuk mengetahui korelasi. Hasil kandungan kadar logam berat timbal (Pb) pada mangrove menunjukkan nilai rata-rata konsentrasi logam berat timbal (Pb) melampaui baku mutu dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 sebesar 0,008 ppm. Hasil BCF (Bioconcentration factor) akar di kawasan Pulau Sarinah yang bekisar 0,460 – 0,688. Nilai TF (Translocation factor) pada pulau Sarinah yang tinggi berkisar 0,543 – 0,6 menunjukkan logam berat lebih banyak di translokasikan pada daun. Sehingga nilai FTD negatif dan menunjukkan bahwa logam berat lebih banyak yang terbuang daripada terakumulasi