PERKEMBANGAN TATA RUANG KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 1901-1942

Masuknya pengaruh Kolonial Belanda ke wilayah Nusantara, khususnya di Pulau Jawa memunculkan berbagai pusat perkembangan masyarakat, baik berupa kota baru maupun kota yang sudah muncul sebelumnya. Perkembangan dari suatu kota dapat dilihat dari perubahan ataupun perkembangan tata ruang kota tersebut, seperti halnya yang terjadi dalam kota-kota berstatus gemeente di masa kolonial, namun selain itu pemerintah kolonial juga mengembangkan kota-kota non-gemeente. Skripsi ini berfokus pada perkembangan ruang kota non-gemeente yaitu Kota Tulungagung. Penelitian ini menggunakan konsep sejarah kota untuk menggambarkan perkembangan tata ruang Kota Tulungagung. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan proses perkembangan ruang kota yang terjadi di Kota Tulungagung pada tahun 1901 hingga 1942. Skripsi ini juga menggunakan metode sejarah berupa heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Data yang digunakan berupa data primer yang didapat dari beberapa institusi dan layanan penelusuran sumber, serta ditunjang dengan beberapa data sekunder. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Kota Tulungagung menggabungkan dua konsep ruang kota. Pada awal perkembangan mengadopsi konsep ruang kota tradisional Jawa dengan menempatkan alun-alun, kediaman bupati, dan masjid agung dalam unsur pusat kotanya. Kemudian, pada perkembangan selanjutnya ruang kota cenderung dipengaruhi konsep kota kolonial yang menitik beratkan pada segi fungsional, yang kemudian memunculkan berbagai kantor pemerintahan, dan fasilitas umum, baik berupa sarana transportasi, komunikasi, dan juga pendidika