BUSANA BANGSAWAN SURAKARTA : WUJUD STRATIFIKASI DALAM KRATON PADA MASA PAKU BUWONO X (1893 – 1939)

Skripsi ini membahas tentang Busana Bangsawan Surakarta: Wujud Stratifikasi dalam kraton pada masa Paku Buwana X, dengan batasan tahun 1893-1939. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode sejarah yang terdiri dari pengumpulan data (heuristik), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan adalah arsip mengenai Busana Bangsawan Surakarta yang diperoleh dari Kantor Arsip dan Perpustakaan Puro Mangkunegaran. Sumber koran Mekar Sari, Djaka Lodang, Kedaulatan Rakyat, dan Jaya Baya dari Rekso Pustoko. Skripsi ini menunjukkan wujud busana bangsawan kraton Surakarta pada masa Paku Buwana X yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Barat. Pada perkembangannya kraton Surakarta mendapat pengaruh dari kebudayaan lain seperti India dan Islam, namun dalam hal ini pengaruh Barat lebih menonjol dimungkinkan karena kontak dengan kebudayaan Barat pada waktu itu sangat dekat sehingga mampu membawa dampak yang cukup signifikan. Perkembangan yang terjadi membawa perubahan pada kehidupan kraton yang awalnya sangat kaku dan ketat menjadi sedikit lebih longgar dengan diterimanya kebudayaan Barat di lingkungan kraton. Campur tangan pemerintah Kolonial ke dalam urusan kraton semakin meluas, sehingga menyempitkan ruang gerak kekuasaan Sunan sebagai raja yang memerintah, untuk menjaga eksistensinya Sunan melakukan peningkatan dalam elemen budaya. Peradaban dan kebudayaan kraton semakin tingi dan rumit dengan terlihat begitu megah dan mewah yang dikenal dengan istilah Barokisasi. Barokisasi dalam kraton terlihat di setiap acara yang diselenggarakan oleh kraton, terwujud dalam busana yang dikenakan oleh bangsawan kraton Surakarta, selain menjadi wujud dari barokisasi yang melekat pada bangsawan Surakarta, busana juga menjadi sarana pendukung stratifikasi di dalam kraton, busana menjadi salah satu simbol untuk menujukkan status seseorang di dalam kraton