SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA PAKAN FORMULASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) TERHADAP NILAI KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI = SUBSTITUTION OF FISH MEAL WITH EARTHWORM MEAL (Lumbricus rubellus) ON TILAPIA’S (Oreochromis niloticus) FEED FORMULATION TOWARD THE PROTEIN AND ENERGY DIGESTIBILITY

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan introduksi dari Taiwan. Ikan nila merupakan salah satu ikan yang banyak digemari oleh masyarakat, oleh sebab itu permintaan ikan nila juga akan terus meningkat. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan nila adalah dengan meningkatkan kualitas pakan ikan nila. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pakan ikan nila adalah dengan menggunakan bahan alternatif seperti tepung cacing. Maka dari itu perlu diketahui nilai kecernaan protein dan energi pakan yang disubstitusi dengan tepung cacing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui substitusi tepung ikan dengan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) pada pakan formulais ikan nila (Oreochromis niloticus) terhadap peningkatan nilai kecernaan protein dan kecernaan energi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2018 dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas 5 perlakuan yang meliputi P0 (Tepung ikan 100% + tepung cacing tanah 0%), P1 (Tepung ikan 70% + tepung cacing tanah 30%), P2 (Tepung ikan 65% + tepung cacing tanah 35%), P3 (Tepung ikan 60% + tepung cacing tanah 40%), dan P4 (Tepung ikan 55% + tepung cacing tanah 45%) dengan masing-masing 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada hasil yang menunjukan terdapat perbedaan yang nyata. Hasil penelitian menunjukan bahwa susbtitusi tepung ikan dengan tepung cacing tanah pada pakan formulasi menghasilkan nilai kecernaan protein dan energi yang berbeda nyata (P>0,05). Nilai kecernaan protein yang sama tingginya terdapat pada perlakuan P3 dan P4 sebesar 86,962% dan 90,713%, sedangkan kecernaan protein yang sama rendahnya terdapat pada perlakuan P0, P1, dan P2 yaitu sebesar 79,145%, 78,547% dan 80,166%. Nilai kecernaan energi terbesar terdapat pada perlakuan P4 sebesar 91,218% dan terendah pada perlakuan P0 sebesar 81,306%