ANALISIS KASUS SEKUHARA VERBAL YANG DIALAMI OLEH ANGGOTA PARLEMEN AYAKA SHIOMURA DALAM SURAT KABAR ONLINE MAINICHI SHIMBUN DAN THE JAPAN TIMES

Sekuhara merupakan akronim dalam bahasa inggris “sexual harassment”, yang berarti pelecehan yang dialami oleh wanita di tempat kerja atau dalam situasi sosial. Di Jepang, istilah sekuhara mulai dikenal tahun 1989, ketika untuk pertama kalinya pengadilan Jepang menangani kasus sekuhara di Prefektur Fukuoka. Salah satu kasus sekuhara yang sempat menghebohkan di Jepang adalah kasus yang dialami oleh salah satu anggota parlemen dari Minna no Tō (Partai Minna) yaitu Ayaka Shiomura. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang sekuhara verbal pada kasus Ayaka Shiomura dalam empat berita yang dimuat oleh surat kabar online Mainichi Shimbun dan The Japan Times. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana model Teun A. van Dijk yang berfokus pada analisis teks dan konteks sosial. Penelitian ini menemukan bahwa sesuai dengan analisis teks dan konteks sosial, Shiomura mengalami ejekan seksual yang menimbulkan pukulan dan sakit hati yang mendalam. Shiomura, sebagai korban, melakukan pelaporan kepada ketua parlemen namun kasusnya tidak dapat ditindaklanjuti dikarenakan bukti yang minim. Tetapi kemudian karena banyaknya reaksi publik dan tekanan public melalui petisi online, Akihiro Suzuki yang merupakan pelaku sekuhara verbal terhadap Ayaka Shiomura, mengakui perbuatannya dengan melakukan konferensi pers untuk meminta maaf kepada Shiomura dan mengundurkan diri dari partainya sebagai bentuk pertanggungjawabannya