KAJIAN RESEPSI PEMBACA TERHADAP DISTOPIA DAN REMAJA DALAM NOVEL TRILOGI THE HUNGER GAMES KARYA SUZANNE COLLINS

politik, dan budaya di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. Fenomena itu mengilhami sekelompok penggemar untuk membentuk suatu komunitas yang bernama Indo Hunger Games pada 8 September 2011. Komunitas itu berhasil menghimpun puluhan ribu penggemar dari seluruh Indonesia dan tetap aktif sampai sekarang. Itu menandakan bahwa isu remaja dan distopia dalam sebuah karya fiksi berpotensi menjadi unsur yang memikat para pembaca di tanah air walaupun The Hunger Games merupakan produk budaya asing. Apabila begitu, demi memahaminya lebih jauh, penelitian ini merumuskan dua permasalahan sebagai berikut: (1) bagaimana remaja dan distopia dihadirkan dalam novel trilogi The Hunger Games? dan (2) bagaimana remaja dan distopia diresepsi oleh pembaca di Komunitas Indo Hunger Games? Supaya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, penelitian ini memanfaatkan dua jenis teori. Teori pertama adalah teori Marxis Louis Althusser yang dimanfaatkan untuk menjawab permasalahan pertama dengan cara mengulas keberadaan dominasi negara melalui aparat-aparatnya, yaitu Ideological State Apparatuses (ISA) dan Repressive State Appratusses (RSA). Sedangkan teori kedua digunakan untuk menjawab permasalahan yang selanjutnya dengan cara memanfaatkan teori resepsi khalayak generasi ketiga yang digagas oleh Pretti Alasuutari. Teori ini menekankan pada pentingnya faktor komunitas dalam memahami pemaknaan The Hunger Games. Peneliti juga memanfaatkan beberapa teori bantu sebagai pendukung, seperti yang digagas oleh John Fiske dalam The Cultural Economy of Fandom guna mencermati tentang fakta Indo Hunger Games sebagai fandom. Tesis ini adalah penelitian kualitatif yang menelaah dua jenis objek yang berbeda, yakni objek material dan objek formal. Objek formal penelitian ini adalah tiga buah novel trilogi The Hunger Games dan objek material penelitiannya ialah resepsi pembaca terhadap isu remaja dan distopia dalam ketiganya. Pengumpulan data dari objek yang pertama dilakukan dengan cara menghimpun kutipan-kutipan dari ketiga novel yang terkait isu-isu tersebut. Sedangkan pengumpulan data dari objek yang lain adalah melalui wawancara dengan responden dari Komunitas Indo Hunger Games. Kemudian analisis data dilakukan dengan menginterpretasi data-data yang telah dihimpun berdasarkan teori. Simpulan penelitian ini, antara lain: (1) dominasi negara dalam The Hunger Games dipraktikkan melalui ISA dan RSA, yang berarti kekuasaan dijalankan secara hegemonik sekaligus represif; (2) Meskipun kedua responden mewakili dan aktif di komunitas yang sama, masingmasing memiliki pandangan yang berbeda; (3) kesamaan mereka adalah dalam hal membangunnya, yakni sama-sama terilhami oleh informasi yang beredar di internet; (4) kebergantungan pada internet dan gawai menujukkan bahwa para responden mahir memanfaatkan konvergensi media; (5) pemanfaatan konvergensi media digunakan untuk membangun eksistensi sekaligus menegaskan identitas mereka sebagai kaum muda urban, yang juga dicirikan salah satunya dengan penggunaan bahasa Inggris dalam bertutur meski dalam situasi informal