STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI AMLODIPIN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Neurologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke hemoragik dapat dibedakan menjadi stroke perdarahan intracerebral (ICH), stroke perdarahan intraventrikulas (IVH) dan stroke perdarahan subarakhnoid (SAH). Peningkatan tekanan darah sering terjadi pada pasien stroke perdarahan. Oleh sebab itu pengendalian tekanan darah menjadi salah satu managemen terapi pada pasien stroke perdarahan. Agen antihipertensi yang dapat digunakan adalah Calsium Channel Blocker (CCB). CCB yang direkomendasikan adalah golongan dihidropiridin. Amlodipin adalah dihidropiridin generasi terbaru yang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kelebihan itu diantaranya adalah mempunya rasio selektivitas vaskuler yang sangat tinggi, mempunyai t1/2 yang panjang sehingga dapat diminum sehari sekali, serta tidak menimbulkan efek inotropik negatif, aritmia dan tahikardia.. Amlodipin dapat digunakan sebagai pengontrol tekanan darah secara monoterapi maupun kombinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat antihipertensi amlodipin dan kombinasi untuk pasien stroke hemoragik di Instalasi Rawat Inap Neurologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya meliputi dosis, waktu pemberian, frekuensi, interaksi obat dan outcome terapi. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif pada bulan April 2016-Juni 2016. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 19 pasien stroke hemoragik yang mendapatkan terapi amlodipin secara kombinasi. Didapatkan data bahwa stroke hemoragik paling banyak menyerang laki-laki. Distribusi usia paling banyak pada middle age yaitu usia 45-59 tahun. Jenis stroke hemoragik paling banyak adalah stroke perdarahan intraserebral. Dosis amlodipin yang digunakan adalah 5mg dan 10mg dengan waktu pemberian paling banyak malam hari, dan frekuensi pemberian satu kali sehari. Pada pasien stroke hemoragik di instalasi Rawat Inap Neurologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya tidak teridentifikasi DRP yang aktual. Pada penelitian ini didapatkan penurunan tekanan darah pasien stroke hemoragik yang mendapatkan terapi amlodipin 10 mg sebesar 27,2/6,1 mmHg. Sedangkan pada dosis 5 mg sebesar 12,75/2,25 mmHg dan dosis kombinasi sebesar 8,5/9 mmHg. Menurut data tekanan darah, amlodipin dapat mengkontrol tekanan darah dengan baik serta dapat mencapai target tekanan darah yang telah ditentukan oleh JNC 8. Menurut perbandingan data NIHSS saat masuk rumah sakit dan keluar rumah sakit, amlodipin dapat meningkatkan fungsi neurologis. Sehingga amlodipin dapat disarankan sebagai agen antihipertensi pasien stroke hemoragik