ANALISA KINERJA BONGKAR MUAT PETIKEMAS PT TERMINAL TELUK LAMONG TAHUN 2016

Sejak 1996 hingga 2016, dari sisi jumlah maupun ukuran, perkembangan trend peti kemas dunia terus mengalami peningkatan secara signifikan. Seiring dengan peningkatan jumlah peti kemas, maka pelabuhan juga mengalami perkembangan. Operator pelabuhan dituntut dapat mengatasi fenomena yang terjadi, begitupun dengan Indonesia, terutama Pelindo III Arus peti kemas yang makin meningkat sejak tahun 2015, menyebabkan kongesti yang dialami Pelindo III cabang Tanjung Perak. Pelindo III membangun PT Terminal Teluk Lamong, yang merupakan pelabuhan pertama di Indonesia berbasis eco port. Terkait fenomena tersebut, penulis melakukan analisa kinerja bongkar muat peti kemas di PT Terminal Teluk Lamong. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kinerja bongkar muat peti kemas di pelabuhan baru yang berbasis teknologi informasi, serta menerapkan sistem green port. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Dimana peneliti mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan kejadian, keadaan dan existing data tentang proses bongkar muat peti kemas di Terminal Teluk Lamong. Penelitian terbatas pada penggunaan informasi data internal perusahaan. Kapasitas kapal-kapal internasional peti kemas yang masuk Terminal Teluk Lamong lebih besar jika dibanding kapal-kapal domestik. Waktu kapal dan produktivitas menjadi indikator kinerja bongkar muat petikemas. Peneliti menggunakan data tahun 2016 dan didapat; total throughput petikemas sebesar 204.862 box, 242.570 teus, dan 4.713 ton, rata-rata AT 2,17 jam, rata-rata WT 0,55 jam, produktivitas alat 24,7 B/C/H, produktivitas dermaga 36,52 B/S/H, dan waktu efektif kapal (rasio ET:BT) sebesar 59%. Masalah yang dihadapi didapat dengan menggunakan diagram fishbone. Semua pencapaian angka tersebut diatas Standar Kinerja Dirjend Perhubungan Laut tahun 2016, dapat dinyatakan bahwa kinerja bongkar muat peti kemas baik