SERIKAT BURUH ISLAM INDONESIA DI SURABAYA TAHUN 1948-1960

Skripsi ini membahas tentang Serikat Buruh Islam Indonesia di Surabaya tahun 1948-1960. Pada dasarnya gerakan dari sejumlah buruh dalam memenuhi hak-hak mereka tidaklah terlepas dari serikat yang di ikuti. Inisiasi untuk melakukan pergerakan muncul dari serikat, sekaligus sebagai wadah. Dalam penulisan ini lebih menekankan pada aspek politik. Sedangkan proses penulisannya dilakukan dengan berbagai tahap meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sejarah pergerakan buruh mengalami dinamika dari setiap massa ke massa. Unsur pergerakan dari serikat buruh juga tidak terlepas dari adanya aspek politis. Serikat buruh pada era pasca kemerdekaan tahun 1948-1960 mempunyai alur gerak untuk terlibat dalam bidang politik. Mereka dibentuk sebagai wadah untuk kepentingan dari partai politik. Pada masa ini fokus buruh tidak hanya mengenai kepentingan ekonomi dan sosial. Partai politik membentuk serikat buruh sebagai kepanjangan untuk meraih dukungan serta menyebar ideologi. Serikat Buruh Islam Indonesia (SBII) yang merupakan bentukan dari Masjumi tidak terlepas dari parpol tersebut. Untuk itu dalam strukturnya memiliki keterikatan serta pandangan pergerakan yang mengikuti Masjumi. SBII sendiri dibentuk sebagai upaya menghadapi persaingan dengan partai lain yang juga memiliki serikat buruh. Partai yang sudah terlebih dahulu memiliki underbow dari serikat buruh yaitu PKI. Mereka membentuk SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) untuk memperluas dukungan terhadap ideologi komunis. Lalu setelah itu muncul berbagai organisasi serikat buruh lainnya. Terlebih lagi di Surabaya merupakan kota industri yang menjadi basis para buruh. Persaingan menjelang pemilu tahun 1955 di Kota Surabaya merupakan dinamika bagi sejumlah buruh untuk menunjukkan sikap fanatis mereka dalam mendukung partai induknya. SBII sendiri melalui berbagai pergerakan, terus melakukan sejumlah upaya dalam menghadapi persaingan secara politis