PRODUKSI KARAGINAN DENGAN PELARUT YANG BERBEDA PADA RUMPUT LAUT MERAH (Rhodopyceae) Halymenia sp. DITINJAU DARI KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA

Potensi rumput laut di Indonesia perlu terus digali, mengingat tingginya keanekaragaman rumput laut di perairan Indonesia (Suparmi dan Sahri, 2009). Rumput laut dari kelas alga merah menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia (Winarno, 1996). Pemanfaatan rumput laut yang masih tergolong rendah yaitu karaginan, yang selama ini 80% kebutuhan lokal masih diperoleh dari hasil impor (Warkoyo, 2007).Karaginan telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti formulasi obat, kosmetik, pharmaceutical, industri makanan dan industri tekstil (Sulityaningrum dan Elita, 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelarut yangdapat menghasilkan karaginan dari Halymeniasp. dengan karakteristik fisik dan kimia terbaik. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan pelarut yang berbeda yakni aquades; KOH 0,1 N; KOH 0,3 N; KOH 0,5 N; KOH 0,7 N dan KOH 0,9 N. Analisis data menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan serta analisis deskriptif terhadap standar karaginan dari FAO, FCC dan Marine Science Co., Ltd. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut yangdapat menghasilkan karaginan dari Halymenia sp. dengan karakteristik fisik dan kimia terbaik ialah larutan aquades. Larutan aquades mampu menghasilkan karaginan yang telah memenuhi standar FAO, FCC dan Marine Science Co., Ltd. untuk parameter viskositas, kadar air dan kadar abu. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai optimasi daya simpan karaginan yang berkaitan dengan parameter mikrobiologi