Eksploitasi Orang Tua Terhadap Anak Dengan Menjadikan Anak Sebagai Pengamen di Alun-alun Lamongan

Secara hukum Indonesia termasuk Negara yang meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak-hak anak, baik hak secara sosial, ekonomi maupun politik. Namun kenyataannya, Indonesia masih belum mampu menjamin terpenuhinya hak-hak tersebut. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah eksploitasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Eksploitasi tersebut tidak hanya melanggar hak-hak anak, eksploitasi yang dilakukan orang tua terhadap anak juga membawa dampak buruk bagi anak, baik dampak secara fisik maupun kejiwaan anak. Permasalahan yang dikaji dalam studi ini adalah apa yang melatarbelakangi terjadinya eksploitasi, bagaimana bentuk eksploitasi, resistensi dari anak terhadap orang tua dan bagaimana dampak eksploitasi. Tinjauan pustaka untuk memperkuat hasil temuan adalah mengacu pada UU perlindungan Anak dan teori Child Abuse (kekerasan terhadap anak). Studi menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi dalam studi ini adalah di Aloon-aloon Lamongan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan tekhnik triangulasi. Hasil studi menunjukkan bahwa latar belakang terjadinya eksploitasi orang tua terhadap anak adalah terkait dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu (yakni faktor kemiskinan), kondisi keluarga yang tidak harmonis dan perceraian orang tua, serta kondisi lingkungan sosial anak terkait pengaruh teman dan ketidaktahuan orang tua tentang Undang-undang anak. Bentuk eksploitasi yang dilakukan orang tua terhadap anak yaitu meliputi bentuk eksploitasi dari segi sosial anak, eksploitasi dari segi ekonomi dan eksploitasi dari segi pendidikan. Bentuk resistensi yang dilakukan anak kepada orang tuanya yaitu malas, tidak berangkat hingga menyembunyikan sebagian penghasilan. Dampak dari eksploitasi berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak, pendidikan anak dan kesehatan anak