PERBANDINGAN HASIL TES SCHIRMER I DAN TEAR BREAK UP TIME PRA DAN PASCA LASIK ANTARA FLAP TIPIS DAN FLAP TEBAL (Studi Observasional Analitik Longitudinal Prospektif di RS Mata Undaan Surabaya)

Laser assisted in situ keratomileusis (LASIK) merupakan gabungan dari teknik bedah lamelar dengan presisi laser excimer photoablation untuk mengkoreksi miopia, hiperopia, dan astigmatisme. Namun,sindroma mata kering adalah komplikasi yang dapat terjadi pasca operasi LASIK. Pada proses pembedahan LASIK terjadi kerusakan saraf sensorik pada kornea. Sebagian pasien dilakukan operasi LASIK dengan flap tebal karena pertimbangan keamanan. Namun flap tebal memberikan resiko terpotongnya saraf sensoris kornea yang lebih besar. Untuk menganalisis perbedaan derajat sindroma mata kering pada penderita myopia dan astigmat myopia pra dan pasca LASIK antara flap tipis dan tebal telah dilakukan studi observasional analitik longitudinal prospektif di RS Mata Undaan dengan sampel 26 mata. Pemeriksaan menggunakan tes Schirmer I dan TBUT yang dilakukan pra dan 1 bulan pasca LASIK. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Dari penelitian didapatkan perbedaan penurunan antara flap tipis dan tebal. Pada flap tipis,tes Schirmer I didapatkan penurunan sebesar 2,89 ± 5,465 mm dan TBUT sebesar 3,13 ± 5,572 detik. Sedangkan pada flap tebal,tes Schirmer I didapatkan penurunan sebesar 5,00 ± 3,780 mm dan TBUT sebesar 6,29 ± 3,261 detik. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi penurunan hasil tes Schirmer I dan TBUT yang lebih besar pada flap tebal dibandingkan pada flap tipis, tetapi secara statistik tidak berbeda secara signifikan