DINAMIKA KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MEMUTUSKAN SUMENEP THE SOUL OF MADURA SEBAGAI CITY BRANDING (Study Pengambilan Keputusan pada Komunikasi Kelompok dalam Memutuskan The Soul Of Madura sebagai City Branding Sumenep)

Sumenep merupakan salah satu kabupaten di pulau Madura yang memiliki beberapa potensi daerah yang bisa dipasarkan, sehingga salah satu langkah yang dilakukan tahun ini adalah city branding. City branding ini merupakan langkah pemasaran dalam mem-positioning target market terhadap potensi Sumenep. Kegiatan tersebut diharapkan mampu merangsang pengunjung hingga investor untuk berkunjung ke sumenep. Pada prosesnya City Branding yang dilakukan Pemkab Sumenep melibatkan pihak ketiga (konsultan) dari Universitas Brawijaya. Hal ini diharapkan City Branding yang dihasilkan mampu berjalan secara objektif. Disisi lain yang perlu diketahui bahwa di Madura khususnya Sumenep masih mengenal istilah Bapa’,Babu’, Guru, Rato yang menjadi falsafah orang Madura. Istilah ini yang membedakan tingkatan sosial dalam masyarakat. Tingkatan tersebut sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pemerintah daerah. Seringkali setiap kebijakan Pemkab Sumenep harus mendapat restu dari para kyai agar bisa terealisasi dengan baik. Sehingga dalam proses city branding ini juga melibatkan para tokoh Sumenep dalam memilih dan memutuskan salah satu dari tujuh penawaran alternatif branding yang dihasilkan tim konsultan. Keunikan dari penelitian ini terletak pada proses akhir City Branding yang melibatkan para tokoh Sumenep dari berbagai elemen, dan The Soul Of Madura sebagai city branding Sumenep yang dihasilkan melalui kesepakatan forum, bukan keputusan para kyai seperti tahun-tahun sebelumnya. Penelitian ini menggunakan teori dinamika komunikasi kelompok dan teori groupthink. Metode penelitian yang digunakan menggunakan studi kasus deskriptif Robber K Yin, dengan alasan fenomena ini masih kontemporer, dan unik yang terfokus pada dinamika komunikasi kelompok dalam forum diskusi. Hasil penelitian ini adalah Pertama : The Soul Of Madura sebagai city branding Sumenep dihasilkan berdasarkan hasil kesepakatan, Kedua : forum tidak lagi dikuasai oleh para sesepuh (kyai); Ketiga : pemuda lebih mendominasi jalannya diskusi pemilihan city branding. Keempat : situasi dan kondisi di dalam forum bisa menjadi refrensi kepada Bupati Sumenep dalam setiap pengambilan keputusan strategik yang berdampak lua