TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENJUALAN REMPAH-REMPAH DI PASAR KUTOARJO

Nafils pasar mutlak tidak bisa dilepaskan dari transaksi yang dilakukan penjua1 dan pembeli. Dari berbagiri transaksi, semua bennuara pada satu ha1 mencari ketmtungan. Banyak cara dilakukan demi mendapatkan keuntungan, khususnya bagi pihak penjual. Mencampur dagangan merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Upaya ini bampir dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Kendati keuntungan meojadi tujuan utama. tetapi dalam praktiknya sirlrulasi dari dagangan juga menjadi pikiran tersendiri. Artinya peujual tidak lagi mementingkan untung yang banyak, asalkan barang dagangan itu bisa berputar. Berbeda deogan peocampuran barang yang tidak sernua pedagang melakukannya, praktek banting harga bampir semua hakul bumhon petnab melakukannya. Praktek banting harga ini hanya sebatas pada barangbarang yang mudah busuk. Praktek jual beli yang terjadi di pasar Kutoarjo mernbuat penyusuo tertarik m1t1.1k mengetabui lebih jaub praktdt sebenarnya. Pasar sebagaj seotral traosaksi jual beli tentunya banyak kemungkinan yang tetjadi di dabum1ya Berbagai bentuk kemungkinan itulab awal dari ketertarikan penyusoo uotuk mengadakan penelitian ini. Dalatn rangka membatasi kajian penelitian. maka peuyuSlDl bauya memfokuskan penelitian ini pada praktek dicampwnya barang dagangan dan praktek menurunkan harga barang atau banting harga. Penelitian ini mencoba mengetahui apakah praktik jual beli -kbususnya balru1 bumbon- yang ada telah memenuhi ketentuan seperti yang digariskan Islam. Jen.is penelitian ini adalab penelitian 1apangan (field research) yang dilaksanakan di pasar Kutoarjo. Sedaogkan peodekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peudebtan nonnatif yalrni deogan cam melihat secara langsung praktik yang terjadi di pasar dan kemudian dinilai dengan menggunakan prisip-prinsip hokum Islam. Uutuk dapat meogetahui praktik yang dijalankan para pedagang diperlukan analisa dengan menggunakan prinsip muamalah lslanl yang bemunber pada al-Qur'an dan Hadis. Dalam pelaksanaan jual beli pedagang dilarang menjual tanpa memberitahu kondisi dagan~ sebenamya kepada pembeli, hal ini sesuai dengan apa yang diperintahkan Nabi SAW. Demikian juga haln.ya ketika pedagang menjual dagangan lebih murah dari barga pasaran karena dikhawatirkan membusuk. Sebuah kaidah fikhiyah membolehkan menghilangkan kemdlaratan berat dengan resiko mendatangkan kemadlaralan yang ritigan. Saal dagangan tidak juga kunjung laku sementara kondisinya semakin jelek maka menjual dagangan dengan harga lebih murah dapat dibeoarkan. Tetapi menjual barga murab demi mematikan pasar saingan bisoisnya tidak dapat dikatagorikan sebagai upaya menghilangkan kemadlaratan besar dengan meodatangkan kemadlaratan yang lebih ringan. Dari basil penelitian ini dapat diambil kesimpolan bahwasanya praktek yang tetjadi mayoritas sudah sesuai dengan keteotuan yang berlaku. dalmn bal ini ketentuan hokum lslanl. Haoya saja pratek jua1 beli yang menyimpang memang masih mewamai perilaku dagang sebagian yang lain