Feminisme Muslim di Indonesia

DALAM rentang zaman, perempuan menduduki posisi dan memainkan peran yang berbeda dalam berbagai masyarakat yang berbeda pula. Dalam suatu masyarakat, posisi perempuan terperosok hingga menjadi Homo sapiens kelas dua, dan peran mereka hanyalah sebatas wilayah domestik saja. Namun demikian, dalam masyarakat tertentu perempuan justru begitu dimuliakan, dan kehadirannya terkadang dijadikan penanda martabat keluarga atau masyarakatnya. Ada pula perempuan yang perannya menyerupai king maker, seperti halnya Ken Dedes dan/atau Gayatri Rajapatni. Namun demikian, dalam kaitannya dengan sejarah—yang kebanyakan ditulis oleh laki-laki—kebanyakan perempuan yang mendapatkan tempat dalam narasi bangsa pastilah perempuan yang berhasil memainkan peran kelaki-lakian, utamanya perempuan yang terjun bertempur melawan musuh, baik itu pertempuran fisik maupun intelektual. Penciptaan konsep tentang posisi, nilai, dan peran perempuan sejatinya adalah buah karya dari hubungan yang tercipta antara laki-laki dan perempuan. Dan hubungan antara keduanya memang sudah sejak lama menjadi bahan perbincangan yang hangat dalam berbagai kajian ilmiah, termasuk kajian Islam. Syahdan, perbincangan demikian sedikit banyak berujung kepada kemunculan pemikiran dan aksi feminisme. Sebagaimana diketahui, feminisme pun juga menyabang ke beberapa jenis, segelintir di antaranya yang tumbuh di negeri ini adalah feminisme Islami, feminisme liberal yang kerap digaungkan Barat, feminisme Indonesia yang akrab dengan nilai keindonesiaan, hingga feminisme Muslim yang menjadi topik inti buku ini