Perubahan Karakteristik Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasca Penataan di Kota Magelang

Pedagang kaki lima yang menempati lokasi-lokasi strategis mengalami peningkatan sehingga menyebabkan beberapa permasalahan yaitu munculnya kemacetan, tidak berfungsinya jalur pejalan kaki, adanya penatataan ruang yang kurang baik dan ketidakadaan kebijakan dan aturan yang tegas menyebabkan degradasi lingkungan. Hal ini mendorong adanya pemeintah dalam mengadakan penataan ruang PKL dengan tujuan penguatan ekonomi berbasis kerakyatan. Program penataan pedagang kaki lima kemudian dilakukan pada tahun 2010 pada 8 lokasi penataan untuk mencapai tujuan penataan pedagang kaki lima yang dapat mendukung kegiatan PKL dan dapat bersinergis keberadaan tersebut dengan sektor formal kota. Menurut Mc Gee dan Yeung (1977) upaya penataan ini meliputi penataan pada variabel karakteristik pedagang kaki lima yaitu : (1) pola berlokasi, (2) pola usaha dan (3) sarana fisik berdagang. Ketiga aspek penataan itu menjadi fokus penataan yang diharapkan dapat mengatur kegiatan dan penggunaan ruang bagi pedagang kaki lima. Penelitian ini menganalisa perubahan yang terjadi dari sebelum dilakukan penataan dan kondisi setelah penataan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deduktif dengan teknik analisis Wilcoxon yang melihat adanya perubahan atau tidak akibat penataan, serta selanjutnya dilakukan analisis triangulasi dari hasil analisis Wilcoxon dan identifikasi perubahan nilai rata-rata sebelum dan setelah dari hasil observasi yang ada. Hasil dari penelitian ini menganalisa perubahan dan prosentase perubahan yang terjadi yang ditimbulkan akibat penataan PKL di Kota Magelang. Pada penataan pedagang kaki lima ini hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada semua aspek variabel yang dimiliki. Kata kunci : perubahan pedagang kaki lima, penataan pedagang kaki lim