Wacana anti-demokrat dalam kontroversi rancangan undang-undang pemilihan kepala daerah (ruu pilkada) pada tajuk rencana di harian media indonesia: sebuah studi analisis wacana kritis

Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi masyarakat Indonesia. Selain terlibat dalam Pemilu Legislatif, masyarakat Indonesia juga terlibat dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Ketika jajaran pemerintahan yang baru telah ditetapkan, maka selanjutnya adalah penetapan Pemilihan Kepala Daerah. Tetapi, pada penetapan tersebut ada dua pilihan yang diajukan untuk menetapkan Pilkada dari dua koalisi yang sebelumnya bersaing pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, yakni: Koalisi Merah Putih mendukung Pilkada, dipilih oleh DPRD, dan koalisi Indonesia Hebat mendukung Pilkada, dipilih oleh rakyat. Menjelang penetapan rapat paripurna tersebut, Partai Demokrat pun mendukung opsi ketiga yakni Pilkada langsung dengan sepuluh syarat perbaikan. Berdasarkan topik Kontroversi RUU Pilkada tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk meneliti dan menganalisa tajuk rencana dari salah satu surat kabar di Indonesia, untuk melihat bagaimana sikap media tersebut dalam menyampaikan gagasan atau argumentasi dan wacananya pada topik tersebut. Editorial yang diteliti dalam penelitian ini adalah editorial pada harian Media Indonesia. Mengingat tujuan penelitian ini untuk melihat wacana apa yang dibangun oleh sebuah media, serta sifat editorial yang subjektif dan sudah diagendakan oleh media, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis Norman Fairclough, dengan tiga level, yakni: analisis teks (mikro), praktik wacana (meso), dan analisis praktik sosial-budaya (makro)