Proses pembingkaian berita peristiwa bom Sarinah 14 Januari 2016: Analisis framing tiga edisi majalah tempo

Tindakan terorisme selalu menarik perhatian media, demikian pula kasus bom Sarinah yang terjadi di kawasan Thamrin yang memakan 8 orang tewas dan 27 lukaluka, empat diantaranya adalah para pelaku. Sebagai majalah berita, Tempo juga memiliki perhatian yang besar terhadap kasus tersebut. Terbukti Tempo mengangkat kasus tersebut dalam tiga edisi sebagai laporan utama. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui seleksi isu dan penonjolan aspek yang dilakukan majalah Tempo terhadap pemberitaan laporan utama terkait peristiwa Bom Sarinah. Metode yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan teknik analisis framing. Pada penelititan ini, penulis menggunakan analisis framing milik Robert M Entman dengan menggunakan dua unsur yakni, seleksi isu dan penonjolan aspek. Analisis dilakukan terhadap tiga laporan utama majalah Tempo yakni, edisi dengan cover story “Jakarta,14 Januari 2016”, “Bagaimana Bom Thamrin” dan “Kesaksian Polisi Korban Teror Thamrin”. Hasil penelitian menunjukan seleksi isu majalah Tempo terhadap kasus bom Sarinah dipengaruhi oleh tiga level, yakni sejumlah faktor pada level individu terlihat dari faktor gender, identitas agama, pengalaman, kepercayaan, sikap dan nilai dari sang jurnalis. Kedua, level media rutin yang terdapat unsur sumber berita, unsur organisasi media dan unsur audience (nilai berita). Dan terakhir level organisasi. Pada level tersebut, level media rutin cukup berpengaruh banyak dalam melakukan proses seleksi isu dalam pemberitaan terorisme di tiga edisi majalah Tempo. Selain itu, level organisasi juga memiliki pengaruh kuat dalam kolektivitas keputusan secara menyeluruh. Berkaitan dengan frame bom Sarinah penulis menemukan bahwa Aman Abdurrahman, Bahrun Naim dan Iwan Ros menjadi aktor di balik peristiwa bom Sarinah dan adanya keterlibatannya jaringan ISIS di Indonesia. Majalah Tempo memandang aksi teror yang terjadi kawasan Thamrin dilatarbelakangi dengan faktor Tempo memandang tindakan terorisme hasil dari pemikiran agama Islam keras atau pahamradikal. Selain itu, majalah Tempo turut memandang adanya kegagalan program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah dalam menangani narapidana terorisme