Ritual pernikahan etnis tionghoa (chiao thao) dalam kebudayaan cina benteng kota tangerang (studi etnografi komunikasi pada etnis tionghoa di cina benteng kota tangerang)

“Ritual Pernikahan Etnis Tionghoa (Chio Thao) dalam Kebudayaan Cina Benteng Kota Tangerang” adalah judul dari penelitian ini. Judul skripsi ini dipilih penulis karena ingin menelusuri ritual pernikahan Chio Thao yang merupakan tradisi masyarakat Cina Benteng. Ritual ini unik dan termasuk tradisi yang masih lestari di Indonesia, yaitu upacara menyisir rambut yang dilakukan hanya sekali seumur hidup, sehingga masyarakat awam juga perlu mengetahui tentang ritual Chio Thao ini. Chio Thao memiliki banyak unsur komunikasi yang layak untuk diketahui dan dipelajari lebih jauh. Ritual ini juga merupakan bentuk komunikasi yang di dalamnya terkandung peristiwa, situasi, dan makna tindakan komunikasi. Tujuan dari penelitian “Ritual Pernikahan Etnis Tionghoa (Chio Thao) dalam Kebudayaan Cina Benteng Kota Tangerang” ini adalah untuk mengetahui bagaimana peristiwa komunikasi yang terjadi saat berlangsungnya ritual pernikahan Chio Thao dalam adat Cina Benteng, untuk mengetahui bagaimana situasi komunikasi yang terjadi dalam ritual pernikahan Chio Thao dalam adat Cina Benteng, untuk mengetahui apa makna tindakan-tindakan komunikasi yang dilakukan dalam ritual pernikahan Chio Thao dalam adat Cina Benteng. Jenis dan sifat penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif dengan metode Etnografi Komunikasi. Engkong Oey Tjin Eng, seorang anggota Humas Klenteng Boen Tek Bio, menjadi key informant dalam penelitian ini serta Engkong Yo Oen San dan Mpok Sani yang menjadi informant yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Ada pula teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan, dan studi dokumen. Hasil penelitian ritual Chio Thao ini adalah peristiwa komunikasi dalam Chio Thao tidak memliki varietas bahasa, situasi komunikasi saat prosesi berlangung mengindikasikan nilai-nilai luhur sepert nilai transcendental dan patrilineal, makna tindakan komunikasi terlihat pada prosesi sisiran, makan dua belas mangkok, dan nasi melek, serta pola komunikasi yang dihasilkan adalah komunikasu antar budaya. Budaya Hokkian terkikis dan digantikan dengan budaya setempat karena pendidikan dan ekonomi masyarakat Cina Benteng yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan akan memengaruhi kebiasaan komunikasi suatu kelompok masyarakat