PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO

Kata kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Two Stay Two Stray (TSTS) Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo yang masih kurang dan belum memenuhi kategori baik. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, nilai ulangan harian matematika menunjukkan masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika. Dari permasalahan tersebut, maka peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa terutama pada materi menghitung keliling dan luas segitiga dan segiempat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus, dimana untuk tiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah 21 siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) di kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi hasil belajar ranah afektif, dan soal tes akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis data, diketahui bahwa aktivitas siswa yang masuk kategori efektif ≥ 5 aspek untuk setiap siklusnya. Hal ini dikarenakan kegiatan siswa yang tidak relevan selalu berkurang dan aktivitas siswa menjadi lebih efektif untuk setiap siklusnya. Untuk hasil belajar ranah afektif, dapat dilihat dari peningkatan persentase kemampuan afektif siswa yang berpredikat baik pada tiap siklus. Hal ini dikarenakan kemampuan afektif (sikap) siswa yang terus berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Sedangkan untuk hasil belajar ranah kognitif, dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai tes akhir siklus. Pada siklus I rata-rata nilai tes sebesar 61,14; meningkat menjadi 80,33 pada siklus II. Hal ini dikarenakan siswa termotivasi untuk lebih giat belajar dengan model pembelajaran TSTS