Analisis tarif angkutan umum berdasarkan biaya operasional kendaraan, ability to pay dan willingness to pay (studi kasus : Koperasi APS trayek Pangkalpinang – Sungailiat)

Penentuan besaran tarif angkutan membutuhkan penanganan dan kebijakan yang arif karena harus dapat menjembatani kepentingan penumpang selaku konsumen dan pengelola angkutan umum. Angkutan umum koperasi APS merupakan salah satu angkutan umum yang melayani daerah strategis yang menghubungkan ibu kota propinsi dengan ibu kota kabupaten di Bangka Belitung, diharapkan dapat mewakili penumpang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Data diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner kepada pengguna angkutan umum dan juga melakukan wawancara dengan pengelola angkutan umum Koperasi APS kemudian data dianalisis. Hasil analisis data untuk mengetahui besarnya Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang dikeluarkan oleh operator dan mengetahui daya beli penumpang dari kemampuan (Ability) dan kemauan (Wilingness) untuk membayar tarif angkutan umum koperassi APS. Hasil analisis data menunjukkan tarif berdasarkan biaya operasional kendaraan (BOK) sebesar Rp 11.813,86, berdasarkan Ability To Pay (ATP) pada hari kerja sebesar Rp 11.913,00 untuk umum dan Rp 10.067,00 untuk pelajar, pada hari libur sebesar Rp 11.927,80 untuk umum dan Rp 10.957,00 untuk pelajar. Besarnya nilai Willingness To Pay (WTP) pada hari kerja sebesar Rp 11.890,63 untuk umum dan Rp 9.933,33 untuk pelajar, pada hari libur sebesar Rp 11.817,78 untuk umum dan Rp 11.565,22 untuk pelajar. Pemerintah harus mengkaji ulang penetapan tarif angkutan umum Pangkalpinang – Sungailiat karena dinilai memberatkan pengelola angkutan umum dengan tarif Rp 8.000,00, sedangkan tarif berdasarkan BOK sebesar Rp 11.813,86. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan agar load factor untuk kendaraan umum meningkat sehingga pengelola angkutan umum lebih baik dalam pelayanannya yang dapat mempengaruhi kemauan penumpang membayar