Kesetaraan Gender dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam pada Masyarakat Kasepuhan Gunung Halimun

Kepala rumah tangga pada umumnya adalah para suami, sehingga figure kepemimpinan lebih banyak dipersepsikan diperankan oleh kaum lelaki. Ketua adat atau sesepuh girang juga dijabat oleh lelaki. Walaupun demikian, kaum perempuan tidak direndahkan bahkan dijunjung tinggi. Hal tersebut berakar dari sistem kepercayaan mereka yang sangat memuja dan menghormati tokoh perempuan Dewi Sri atau Nyi Pohaci yang merupakan asal mula padi. Dalam semua upacara yang berkaitan dengan pemujaan Dewi Sri, perempuan selalu memegang peran bersama lelaki dalam melaksanakan semua kegiatan upacara tersebut. Kebudayaan pertanian mereka tampaknya dapat bertahan dari desakan revolusi hijau, dan hingga sekarang tetap mempertahankan penanamanjenis padi tradisional yang hingga saat ini mencapai 148 varietas padi lokal. Perempuan berperan besar dalam konservasi keanekaragaman hayati tersebut terutama yang berkaitan dengan plasma nutfah padi. Kesetaraan gender terutama tampak dalam pengelolaan sumber daya pertanian maupun ekonomi rumah tangga. Dalam bidang ritual agama perempuan juga memiliki peran yang besar dan selalu aktif berpartisipasi. Namun demikian penelitian yang dilakukan baru merupakan deskripsi awal tentang lingkungan budaya dan kaitannya dengan ekologi wilayah tersebut yang diuraikan secara sensitif gender. Adapun kemungkinan perkembangannya untuk masa depan belum dapat dianalisis karena masih banyak faktor sosial budaya, ekonomi, dan ketahanan lingkungan yang belum dimasukkan dalam analisis tersebut. Selain itu fakta kuantitatif yang dapat mendukung temuan ini juga perlu diteliti lebih lanjut, mengingat data kuantitatif juga menjadi rujukan utama dalam perhitungan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah