Ijtihad Kaum Sufi (Suatu Telaah Ideologi Gerakan Islam)

Penelitian ini membahas ajaran-ajaran sufi yang secara ijtihadiyat, tidak menyimpang dari ajaran Islam. Pada hakekatnya ijtihad kaum sufi, adalah upaya memahami dan menemukan jalan yang harus ditempuh untuk menyucikan diri agar dapat memakrifati Allah. Pendapat-pendapat itu terdiri dari amalan lahir (eksoterik) dan amalan batin (esoterik). Kaum sufi berpendapat bahwa amalan lahir yang cendrung formalistik, menekankan rukun dan syarat tanpa penghayatan batiniyah seperti ikhlas, khusyu’ dan ihsan, tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual untuk dekat dengan Allah. Karena itu perlu adanya keserasian antara aspek lahiriyah dan batiniyah. Inti ijtihad kaum sufi adalah kepatuhan yang dilaksanakan dengan jalan mujahadah dan muraqabah, serta perjalanan spiritual yang meliputi takhalli yaitu mengosongkan diri dari akhlak tercela, dengan menempuh maqamat taubat, wara’, zuhud dan fakir. Tahalli yaitu menghiasi diri dengan akhlak terpuji, dengan menempuh maqamat sabar, syukur, tawakkal dan rida, sedangkan tajalli adalah puncak pengalaman dan pencapaian spiritual (ahwal) tertinggi yang dirasakan oleh seorang salik seperti makrifat, kasyf, syahadah, fana’ dan baqa’, ittihad, hulul dan wahdah al-wujud melalui mata hatinya yang suci dan terdalam. Pencapaian spiritual itu, nampak pada amalan kaum sufi yang bersifat ihsan, memperindah syariat dan mencerahkan kehidupan masyarakat. Penelitian ini dilakukan melalui kajian pustaka guna mengetahui landasan ideologi atau landasan teologis dan normatif ijtihad kaum sufi dari al-Qur’an dan sunah melalui literatur yang ditulis oleh ulama muktabar, khususnya yang mengekspresikan masalah sufisme, demikian pula sumber lain yang terkait atau membahas tema yang sama. Secara ideologi, ijtihad kaum sufi mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan hadis serta amalan sahabat dan pengikut-pengikutnya yang taat. Namun dalam gerakannya pasca al-Gazali dan Ibnu Arabi, terjadi perkembangan yang distorcif dengan munculnya gerakan tarekat yang memicu kesalahpahaman seperti fanatisme, tawassul, politisasi dan komersialisasi tasawuf. Akibatnya tasawuf mendapat stigma negatip sebagai penyebab kemunduran atau keterbelakangan umat Islam. karena itu, sejatinya tasawuf dikembalikan ke pangkalnya yaitu al-Qur’an dan hadis sebagai orientasi ideologi, dengan mengacu kepada kehidupan Nabi dan sahabatnya serta ulama sufi muktabar sebagai orientasi gerakan. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meluruskan paham-paham sufi yang menyimpang, sehingga walaupun secara ijtihadiyat tasawuf diperkaya oleh unsur lokal pada suatu tempat dan waktu tertentu, namun tetap berorientasi ideologi gerakan Islam. Dengan demikian tasawuf dapat mencerahkan kehidupan umat manusia kapanpun dan di manapu