Perilaku Masyarakat Islam Toraja terhadap Upacara Rambu Solo’(Telaah Nilai-Nilai Pendidikan Islam)

Disertasi ini membahas tentang sikap dan perilaku masyarakat Islam Toraja kaitannya dengan pelaksanaan upacara rambu solo’ di Tana Toraja. Secara operasional permasalahan yang akan dikaji adalah: bagaimana gambaran pelaksanaan upacara rambu solo’ pada masyarakat Toraja, kemudian apakah pelaksanaan uparaca rambu solo’ pada masyarakat Toraja mengalami pergeseran nilai atau tidak dan bagaimana sikap dan perilaku masyarakat Islam Toraja terhadap pelaksanaan upacara rambu solo’,selanjutnya bagaimana telaah nilai-nilai pendidikan Islam dan nilai-nilai upacara rambu solo’ kaitannya dengan sikap dan perilaku masyarakat Islam Toraja terhadap pelaksanaan upacara rambu solo’. Tujuan Penulisan adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan upacara rambu solo’, untuk mengetahui sikap dan perilaku masyarakat Islam Toraja terhadap pelaksanaan upacara rambu solo, untuk mengetahui apakah pelaksanaan upacara rambu solo’ mengalami pergeseran nilai atau tidak, kemudian untuk mengetahui telaah nilai-nilai pendidikan Islam dan nilai-nilai upacara rambu solo’ kaitannya dengan sikap dan perilaku masyarakat Islam Toraja terhadap pelaksanaan upacara rambu solo’. Landasan teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori upacara religi oleh W. Robertson Smith, dalam gagasannya, pertama bahwa dalam banyak agama upacaranya itu tetap tetapi latar belakang, keyakinan, maksud atau doktrinnya berubah, kedua bahwa para pemeluk suatu religi atau agama memang ada menjalankan kewajiban mereka untuk melakukan upacara itu dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak sedikit pula yang hanya melakukannya setengah-tengah saja. Motivasi mereka tidak terutama untuk berbakti kepada Tuhannya, tetapi juga menganggap melakukan upacara adalah suatu kewajiban social. Gagasan pendorong solidaritas sosial sebagai fungsi azasi dari religi atau agama juga dianut oleh ahli sosiologis dan antropologi Perancis Emile Durkheim. Jenis penulisan adalah penulisan survei. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, yakni pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti, yaitu mengamati secara langsung pelaksanaan upacara rambu solo’ dan mengamati secara langsung sikap dan perilaku masyarakat Islam Toraja kaitannya dengan pelaksanaan upacara rambu solo’, kemudian melakukan wawancara mendalam kepada beberapa orang Islam yang dianggap memahami betul atau masih terlibat dalam masalah yang diteliti, penulis juga melakukan wawancara mendalam kepada orang Kristen dan penganut kepercayaan aluk todolo dengan maksud untuk memperbandingkan antara pemahaman dan latar belakang masyarakat Islam Toraja melakukan upacara rambu solo’ dengan latar belakang masyarakat non muslim melakukan upacara rambu solo’. Metode studi pustaka, dengan teknik menelusuri referensi yang dianggap ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. Tujuan studi pustaka ini adalah untuk lebih memudahkan penulis memahami dan melakukan penulisan disertasi ini. Metode analisis data, menggunakan teknik reduksi data, display data, dan verifikasi data. Metode pengujian keabsahan data, penulis melakukan pengujian keabsahan data dalam bentuk perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dengan member chek. Hasil penulisan menunjukkan bahwa (1) Upacara rambu solo’ adalah upacara pemakaman yang berada di Tana Toraja, upacara rambu solo’ merupakan upacara adat istiadat yang telah diwarisi secara turun temurun oleh masyarakat Toraja yang mewajibkan keluarga yang ditinggal mati membuat pesta besar sebagai penghormatan terakhir kepada mendiang yang telah mati, upacara rambu solo’ bukan hanya sekedar adat istiadat tetapi pada hakekatnya upacara rambu solo’ adalah upacara agamawi karena dalam kepercayaan aluk todolo selamat tidaknya orang yang mati sangat tergantung dari upacara rambu solo’ yang diselenggarakan oleh keluarga yang masih hidup, menurut keyakinan aluk todolo sinergisitas antara orang yang sudah mati dan orang yang masih hidup juga menjadi salah satu alasan utama, mereka melakukan upacara rambu solo’. (2) Sikap dan perilaku masyarakat Islam Toraja terhadap upacara rambu solo’ adalah ada masyarakat Islam Toraja yang ikut serta dalam pelaksanaan upacara rambu solo’, namun ada pula masyarakat Islam Toraja yang tidak ikut serta atau menolak pelaksanaan upacara rambu solo’ dengan dalil bahwa pelaksanaan upacara rambu solo’ tidak ada dasar hukumnya dalam ajaran Islam. (3) Nilai-nilai upacara rambu solo’ seperti nilai kekeluargaan, nilai kebersamaan atau kegotong royongan, menjadi dasar bagi masyarakat Islam Toraja yang masih turut serta dalam pelaksanaan upacara rambu solo’. (4) Kemudian penulis juga menemukan bahwa pelaksanaan upacara rambu solo’ telah mengalami pergeseran nilai disebabkan karena telah hadirnya agama samawi seperti Islam dan Kristen, juga disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan atau peradaban umat manusia. Implikasi penulisan ini, diharapkan agar penulisan ini dapat memberikan nilai manfaat bagi semua pihak, terutama bagi masyarakat Islam yang ada di Tana Toraja. Penulisan ini dapat menjadi dasar agar masyarakat Islam lebih berhati-hati dalam menyikapi persoalan sosial budaya, terutama yang bersentuhan langsung dengan persoalan aqidah dan ibadah.Tetapi juga diharapkan kepada masyarakat Islam tidak terlalu kaku selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Masalah dimensi sosial Islam membuka jalan selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, tetapi masalah dimensi aqidah dan dimensi ibadah, Islam memberi petunjuk tidak dapat dikompromikan dengan masalah apapun terkecuali ada landasan hukum yang kuat