IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)

Lahan kritis merupakan salah satu gambaran terjadinya degradasi lahan pada umumnya disebabkan oleh adanya kegiatan manusia yang secara tidak langsung merusak daya dukung tanah atau lahan seperti pemanfaatan lereng bukit untuk lahan pertanian yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Salah satu metode adalah teknik penginderaan jauh menggunakan citra satelit SPOT 7 dan analisis tumpang-tinding (overlay) dengan Sistem Informasi Geografis. Hasil dari proses pengolahan citra satelit SPOT 7 adalah peta tutupan lahan yang diolah dengan metode segmentasi. Hasil uji akurasi pengolahan citra satelit SPOT 7 menghasilkan menghasilkan ketelitian sebesar 89,09 %. Berdasarkan perhitungan parameter-parameter kekritisan lahan diperoleh yang berstatus potensial kritis sebesar 217,113 ha (4,71 %), kategori agak kritis sebesar 3.310,774 ha (71,74 %), dan kategori kritis sebesar 1.086,773 ha (23,55 %). Kekritisan lahan yang berstatus potensial kritis dipengaruhi oleh tutupan lahan rapat hingga sedang, kelerengan datar hingga agak curam, tingkat erosi yang sangat ringan hingga sedang, serta manajemen lahan yang baik hingga sedang. Sedangkan, kekritisan lahan berstatus kritis dipengaruhi oleh tutupan lahan jarang hingga sangat jarang , kelerengan landai hingga sangat curam, tingkat erosi ringan hingga sedang, serta manajemen lahan baik hingga sedang. Kata Kunci : Citra SPOT 7, Segmentasi, Confusion Matrix, Lahan Kritis, Sistem Informasi Geografi