Sikut Saka

Sebuah karya seni bisa tercipta karena masuknya berbagai unsur yang dirasakan secara sadar maupun tidak sadar. Angapan tersebut dilandasi dari sifat seni itu tersendiri yang begitu fleksibel sehingga tidak dipungkiri bahwa sebuah karya bisa tercipta dari rangsangan apapun. Begitu pula komposisi karawitan sikut saka, merupakan suatu karya yang terinspirasi dari tata cara pembuatan tiang pada bangunan Bali. Proses pembuatan tiang pada bangunan Bali sudah tentu mempunyai sistem kerja yanag digunakan dalam proses pembentukanya. Terinspirasi dari sistem kerja tersebut, timbulah suatu ide untuk menggunakanya sebagai sebuah konsep penggarapan komposisi musik. Media ungkap yang digunakan untuk karya sikut Saka adalah gamelan selukat dan gamelan selonding, yang mana kedua gamelan ini memiliki karakteristik suara yang berbeda disebabkan oleh bahan baku besi dan kerawang. Penggabungan kedua barungan gamelan tersebut menimbulkan suatu warna suara (timre) yang belum biasa atau baru terdengar pada gamelan Bali sehingga mampu menciptakan karya yang mempunyai karakteristik tersendiri. Konsep penggarapan menggunakan cara kerja yang digunakan pada bangunan Bali yang dimana mengimplementasikan konsep cara kerja bangunan tesebut kedalam metode penyusunan karya musik. Garapan ini mengarah ke sebuah pembaruan cara kerja pembuatan musik yang terinspirasi dari sebuah konsep bangunan. Dalam karya sikut saka menggunakan struktur tri angga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kawitan, pengawak dan pengecet, yang mana karya ini merupakan karya yang dilandasakan dari karya karawitan klasik yang dikemas kedalam karya karawitan modern. Karya ini berdurasi 12 menit yang sudah dipentaskan di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar. Kata Kunci : Metode penyusunan musik, Timbre (warna suara), Besi, kerawang