TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BAYI SECARA SENGAJA OLEH IBUNYA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA

Pembunuhan merupakan suatu tindak kejahatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang dan pelakunya dikenakan sanksi penjara, denda, maupun hukuman pidana mati. Meskipun hukuman terhadap pembunuhan telah dirumuskan, namun pembunuhan tetap merajalela. Berangkat dari beberapa kasus di era modern ini, pembunuh bukan hanya orang yang tidak mengenal korbannya, namun terdapat beberapa ibu kandung tega membunuh bayinya sendiri. Motif dalam melakukan pembunuhan juga bermacam-macam, walaupun secara teori motif tersebut terlihat bertentangan dengan anggapan seorang ibu tidak mungkin membunuh anaknya sendiri. Hukuman pokok pembunuhan menurut hukum pidana islam adalah qiṣāṣ, sedangkan orang tua yang membunuh anaknya tidak dapat dijatuhi hukuman qiṣāṣ,namun dihukum dengan ta’zir. Berbeda dengan hukum pidana Indonesia, pembunuhan bayi secara sengaja oleh ibu maupun orang tuanya dikenakan Pasal 341 dan 342 KUHP. Pasal 341 berbunyi : “Seorang ibu yang dengan sengaja membunuh bayinya pada saat atau setelah dilahirkan dihukum dengan hukuman tujuh tahun penjara” dan Pasal 342 berbunyi : “Seorang ibu dengan sengaja membunuh bayinya pada saat atau setelah dilahirkan dengan rencana dihukum sembilan tahun penjara”. Dalam karya tulis ini penyusun mendeskripsikan motif dan menganalisis hukuman terkait tindak pidana pembunuhan bayi secara sengaja oleh ibunya. Untuk menjawab pokok permasalahan di atas, digunakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu menganalisis literatur-literatur yang terkait dengan motif dan sanksi pembunuhan bayi secara sengaja oleh ibunya. Pendekatan-pendekatan ini digunakan pendekatan yuridis-normatif yaitu memaparkan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pembunuhan bayi. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa salah satu motif ibu yang membunuh bayinya secara sengaja adalah khawatir diketahui pihak lain sebab melahirkan di luar perkawinan yang sah. Adapun hukuman ibu yang membunuh bayinya secara sengaja di dalam hukum pidana Islam berdasarkan teori jarimah adalah dengan ta’zir sebagai pengganti qiṣāṣ. Dasar hukum tersebut disebabkan qiṣās terhalang apabila korban merupakan bagian dari pelaku yakni anaknya sendiri, berdasarkan sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ahmad dan at-Tirmizi dari Umar ibn al-Khattab sebagai berikut: “Orang tua tidak dapat dijatuhi hukuman qiṣāṣ karena membunuh anaknya”. Pendapat tersebut dipegang oleh Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad sedangkan Imam Malik berbeda pendapat, Ia berpendapat bahwa orang tua/ibu dapat dikenai hukuman qiṣāṣ jika membunuh bayinya. Berbeda dengan hukum Islam, hukum pidana Indonesia berdasarkan teori absolut dalam Pasal 341 dan 342 KUHP menetapkan ibu tersebut dengan hukuman penjara selama tujuh tahun dan sembilan tahun. Perbedaan kedua hukum ini terletak pada hukuman, yakni ukuran ta’zir dalam pidana Islam sepenuhnya diserahkan pada penguasa, sedangkan hukum pidana Indonesia menentukan secara jelas jenis hukuman bagi ibu kandung yang membunuh anaknya secara sengaja. Adapun persamaan kedua hukum tersebut sama-sama memberikan balasan yang setimpal dan seadil-adilnya atas perbuatan ibu yang membunuh bayi kandungnya secara sengaja