STATUS PERKAWINAN WALI NASAB DARI KETURUNAN MENYAMPING DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DI KOTA BENGKULU

Judul penelitian ini adalah : “Status perkawinan wali nasab dari keturunan menyamping ditinjau dari hukum Islam di Kota Bengkulu”. Penelitian ini dilatar belakangi adanya kasus di KUA Kecamatan Sungai Serut yang mana seorang anak perempuan yang menolak dinikahkan oleh ayah kandungnya sebagai wali nikah dalam pernikahannya, dikarenakan kedua orang tuanya sudah bercerai, tidak memberikan nafkah dan anaknya membenci ayahnya bahkan mantan istrinya, ibu dari anaknya sendiri juga membencinya sehingga yang menjadi penganti walinya adalah saudara laki-lakinya yaitu adik kandungnya sendiri. Walaupun sebenarnya seharusnya yang menjadi wali adalah ayah kandungnya sendiri. Dalam hukum perkawinan di atur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Adapun permasalahan dari penelitian ini adalah : (1) Faktor penyebab anak memakai wali nasab dalam perkawinan ? (2) Status perkawinan Wali nasab dari keturunan menyamping ditinjau dari hukum Islam di Kota Bengkulu ?. Tujuan penelitian ini : (1) untuk mengetahui faktor penyebab anak yang memakai wali nasab dalam perkawinannya di Kota Bengkulu, (2) untuk mengetahui atau menjelaskan tinjauan hukum Islam terkait status perkawinan wali nasab dari keturunan menyimpang ditinjau dari hukum Islam di Kota Bengkulu. Metode penelitian ini mengunakan metode empiris. Dan hasil dari penelitian ini adalah : bahwa dalam perkawinan sudah di atur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam (KHI) telah di jelaskan tentang perkawinan, wali nasab, wali hakim. Kita sebagai anak janganlah durhaka kepada orang tua karena mereka telah membesarkan kita dan pernikahan adalah sakral. Meskipun orang tua sudah bercerai, ayah atau ibu tetaplah orang tua kita yang harus di sayang, dijaga, dicintai dan hormati. Dalam hadis berdasarkan sabda Nabi SAW juga di jelaskan perempuan mana yang menikah tanpa seizin walinya, maka pernikahanya batal (H.R. Abu Daud, At Tirmidzi). Seharusnya kita mengerti dan mengetahuinya tetapi sering kali ini semua terjadi dan masih banyak yang belum mengerti akan semua itu dan di harapkan kepada seorang anak perempuan tetaplah hormati kedua orang tua dan jangan menjadi anak yang durhaka terhadap orang tua karena Allah membenci sifat seperti itu dan berdos