KOMUNIKASI DAKWAH MELALUI KESENIAN TRADISIONAL MASYARAKAT BANJAR (Studi pada Pelaku Kesenian Lamut di Kalimantan Selatan)

Penelitian ini dilatarbelakangi masih banyak masyarakat yang menilai kesenian itu hanya sebagai hiburan saja, padahal di dalam kesenian tersebut banyak terdapat pesan-pesan yang dapat dijadikan media komunikasi untuk berdakwah. Kesenian sebagai media dakwah ini telah banyak dilakukan dan pesan-pesan dakwah yang dilakukan secara penetrasi, tidak terkesan menggurui, tetapi malah bisa dinikmati secara baik oleh para pemirsa atau objek sebagai sasaran dakwah. Salah satunya kesenian tradisional yang dapat dijadikan media komunikasi dakwah adalah Lamut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi dakwah yang terdapat di dalam kesenian tradisional banjar khususnya Lamut digunakan sebagai media dakwah oleh pelaku kesenian Lamut di provinsi Kalimantan Selatan. Peneliti menggunakan teori komunikasi dakwah yang kemudian dikaitkan dengan kesenian Lamut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Untuk teknik pengambilan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis model analisis Miles dan Huberman yang menggunakan empat komponen utama, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk memperoleh data dengan tingkat validitas yang tinggi digunakan metode triangulasi data dengan sumber. Secara ringkas hasil penelitian ini bahwa di dalam kesenian lamut terdapat unsur dakwah yang terdiri dari pakaian yang digunakan, alat musik serta cara penyampaian, di dalam cerita kesenian lamut juga terdapat pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai pesan dakwah yaitu pesan akhlak, pesan akidah dan pesan syariah. Selain itu secara keseluruhan kesenian Lamut menggunakan metode Bil Hikmah dimana metode ini mengedepankan cara persuasif sehingga orang-orang yang di dakwahi tidak merasa dipaksa, merasa tertekan atau pun menimbulkan konflik, sehingga penonton yang hadir secara tidak langsung terhibur melalui cerita dan pantun tetapi juga mendapatkan pesan-pesan agama yang diselipkan didalam cerita tersebut. Kesimpulan bahwa komunikasi dakwah yang dilakukan oleh palamutan dengan menggunakan kesenian Lamut sebagai media dakwah adalah metode Bil-Hikmah karena kesenian ini pada awalnya memang untuk menghibur, tetapi seiring perkembangan jaman para palamutan ingin penonton yang hadir memiliki ilmu agama dan ilmu akhlak untuk kehidupan sehari-hari sehingga palamutan menambahkan cerita-cerita yang didalamnya terdapat pesan yang sesuai dengan pesan dakwah menurut komunikasi dakwah, yaitu pesan Akidah, pesan Akhlak dan pesan Syariah yang diselipkan palamutan dalam ceritanya, selain itu terdapat juga pesan-pesan lain seperti pesan pembangunan dan pesan pendidikan. Cara berdakwah yang seperti ini sangat mudah diterima dan mendapat respon yang baik dari masyarakat