PRAKTIK PEMBERIAN HAK NAFKAH SUAMI KEPADA ISTRI PEBISNIS (STUDI KASUS ANGGOTA ASOSIASI IKATAN WANITA PENGUSAHA INDONESIA) DI YOGYAKARTA

Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Daerah Istimewa Yogyakarta adalah asosiasi pengusaha perempuan yang berfungsi sebagai wadah bagi wanita pengusaha untuk membuka kesempatan usaha dan menyuarakan kepentingan anggotanya. Para anggota IWAPI memiliki tujuan dan cita-cita yang sama yaitu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bagi keluarganya dan orang lain. Para anggotanya memperoleh pelatihan-pelatihan yang dapat mengembangkan usaha mereka. Kini penghasilan yang diperoleh para anggotanya sudah mencukupi kebutuhan keluarganya. Bahkan melebihi penghasilan suaminya. Hal ini yang menjadikan seorang perempuan (isteri) disebut sebagai wanita karir, dan setiap istri pasti memiliki hak atas suaminya. Salah satu haknya adalah memperoleh kebutuhan materi dari suaminya yang disebut dengan nafkah, tetapi hal tersebut menjadi permasalahan jika suami tidak memenuhi nafkah tersebut. Persoalan yang menarik untuk dianalisis bahwa menurut Kompilasi Hukum Islam suami wajib memberikan keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan keperluan istri dan istri harus mengatur rumah tangga dan memilihara serta mendidik anak-anaknya. Dampak istri bekerja dan berpenghasilan, kadang menyebabkan suami lalai dalam memberikan nafkah materi kepada istrinya. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana praktik pemberian hak nafkah istri anggota IWAPI dan bagaimana analisis hukum Islam pada praktik pemberian nafkah tersebut. Penelitian ini merupakan field research atau penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan pada anggota Asosiasi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia di Yogyakarta yang beragama Islam dan sudah berkeluarga. Penelitian ini bersifat deskriptif-analisis. Dalam penulisan skripsi ini analisis data yang digunakan adalah kualitatif, dengan memperoleh data melalui wawancara terhadap anggota IWAPI secara random sampel. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif.. Normatif yaitu pendekatan dengan menggunakan tolak ukur agama (dalil-dalil Al-Qur’an dan Al-Hadist serta kaidah Fiqh dan pandangan para Ulama. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya, kewajiban suami memberikan nafkah kepada istri tetap terlaksana. Namun iii terdapat perbedaan dalam praktiknya. Pertama, suami masih memberikan nafkah secara konsisten dan waktunya kondisional. Yaitu pemberian nafkah kepada istri dilakukan dengan menyesuaikan waktu suami memperoleh penghasilan. Kedua, suami masih memberikan nafkah, namun secara inkonsisten dan jumlahnya kondisional. Yaitu pemberian nafkah kepada istri dilakukan dengan menyesuaikan jumlah penghasilan yang diperoleh suami. Secara hukum Islam terlaksananya pemberian nafkah kepada istri menciptakan stabilitas tatanan dalam rumah tangga. Masing-masing dari suami istri menjalankan peran dan fungsinya. Dengan memberikan nafkah kepada istri. Istri yang berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, tidak lupa mengurus anak dan rumah tangganya