PEMIKIRAN KEISLAMAN HARUN NASUTION DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Latar belakang penelitian ini ialah dipandang urgennya rethinking terhadap usaha penanaman ajaran Islam ditengah maraknya degradasi moral bangsa dan kekhawatiran tumbuh suburnya benih-benih ekstremisme dan ekslusivisme. Penelitian ini mencoba menguak dan merumuskan bagaimana agama seharusnya didekati, dipahami dan diajarkan menurut Harun Nasution, seorang teolog sekaligus akademisi yang intens menyuarakan pembaharuan di segala bidang dan dikenal dengan pemikiran Islam rasional-nya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan filosofis, dimana data dikumpulkan dari buku-buku kepustakaan dan literatur-literatur lain yang relevan dengan topik kajian. Adapun metode yang diterapkan untuk melakukan analisis data pada penelitian ini adalah metode analisis hermeneutika yang meliputi proses memahami (verstehen) dan interpretasi yang kemudian disertai dengan penafsiran, dimana metode analisis dioperasionalkan baik pada tahap pengumpulan data maupun pada tahap setelah pengumpulan data. Hasil pengkajian menunjukkan, (1) Pendidikan Islam dalam pandangan Harun Nasution adalah usaha mengembangkan baik potensi jasmani maupun ruhani manusia sehingga terbentuk muslim yang mampu mendayagunakan penalarannya atas dasar keyakinan kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Adapun pengengembangan potensi ruhani dilakukan melalui dua tahapan pendekatan, dimana usaha membimbing, mengasah dan mengembangkan daya rasa (pendekatan qalbiah pendidikan) merupakan dasar pokok bagi usaha pengembangan daya pikir (pendekatan „aqliah pendidikan). Kesemuanya itu terutama dikembangkan diatas nilai tauhid dan akhlak. Pemupukan rasa cinta terhadap Tuhan dengan mereduksi kesan Tuhan sebagai Zat yang ditakuti disarankan Harun untuk diaplikasikan dalam pendekatan qalbiah pendidikan. Harun juga menekankan bahwa pendekatan „aqliah perlu dilakukan baik terhadap ilmu-ilmu agama maupun sains. (2) Terkait PAI di sekolah, terutama di jenjang dasar dan menengah, adalah cerminan dari pendekatan qalbiah pendidikan Harun, dimana ia lebih bertujuan untuk mengasah dan menanamkan akhlak serta keimanan dengan sedikit penggunaan pendekatan „aqliah di jenjang pendidikan Tinggi. Sesuatu yang agak disayangkan mengingat usaha gigih Harun menyuarakan pentingnya memahami agama dalam pengertian yang sebenarnya. Hal lain yang menarik dari Harun ialah kesadaran akan manfaat dan urgensi dari pemakaian konteks sejarah dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam