RESEPSI TERHADAP PEMBACAAN SURAH AL-LAHAB SEBAGAI PENANGKAL HUJAN (Studi Living Qur’an di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin Jambi)

Tulisan dalam skripsi ini membahas tentang fenomena-fenomena sosial dan budaya dalam masyarakat atau komunitas tertentu yang bersinggungan dengan al-Qur’an. Studi terhadap tradisi yang melibatkan al-Qur’an semacam ini, dalam ranah kajian al-Qur’an disebut dengan living Qur’an. Sebagai titik fokus, tulisan ini melibatkan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin yang beralamat di Desa Tirta Kencana Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo, Jambi sebagai sebuah lembaga komunitas yang melestarikan praktik-praktik pembacaan al- Qur’an sebagai sebuah fenomena, di luar kedudukannya sebagai teks. Salah satu tradisi unik berkenaan dengan al-Qur’an yang dipraktikkan di pesantren ini adalah pembacaan surat al-Lahab selama menyongsong datangnya perhelatan besar yang hendak dilakukan pesantren. Pembacaan surat al-Lahab ini bertujuan agar cuaca bagus dan tidak hujan saat acara pada hari H berlangsung. Pembacaan ini dilakukan oleh semua santri suci seusai sholat fardhu dan dipimpin oleh siapapun yang saat itu bertugas menjadi imam sholat. (bisa jadi pengasuh sendiri, ustaz/ah, pengurus atau santri senior) Dalam tulisan ini, fokus pembahasan lebih ditekankan pada penjelasan tentang bagaimana praktik atau prosesi pembacaan surat al-Lahab sebagai penangkal di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin dan apa makna pembacaan surat al-Lahab ini bagi pengasuh maupun santri secara umum. Selain menjelaskan pembahasan-pembahasan dalam tulisan ini secara deskriptifkualitatif, untuk mendapatkan data terkait penulis juga melakukan observasi dengan berpartisipasi langsung ke lapangan maupun secara tidak langsung melalui sumber-sumber lain di luar lapangan dalam bentuk informasi tertulis ataupun lisan. Sebagai pelengkap observasi, penulis juga melakukan wawancara ke berbagai pihak dan dokumentasi. Tidak diketahui tepatnya kapan tapi hasil penelitian menunnjukkan bahwa praktik pembacaan surat al-Lahab ini sudah menjadi tradisi yang dilakukan sejak lama. Pembacaan surat al-Lahab ini dilakukan untuk beberapa acara besar yang mengundang banyak tamu undangan serta orang-orang penting. Pembacaan dilakukan oleh semua santri secara jahr setiap selesai jamaah sholat fardhu sebanyak sebelas sampai dua puluh dua kali atau lebih. Semakin besar skala acara yang hendak dihelat, pembacaan surat al-Lahab ini semakin jauh-jauh hari deberlakukan. Misalnya dibaca sehari sebelum hari H untuk acara yang tidak terlalu besar dan sebulan sebelum acara untuk perhelatan yang akbar dan penting. Sebagaimana prosedur dalam kajian living Qur’an, penulis juga menempatkan salah satu teori sosiologi yang dirasa koheren terhadap pembahasan dalam penelitian ini, yakni teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim. Menggunakan teori ini, penulis mencoba mengungkap pemaknaan yang diajukan oleh pengasuh dan santri terhadap kegiatan membaca surat al- Lahab ini berdasarkan tiga lapis makna yang dicetuskan oleh Mannheim yakni, makna objektif, ekspresif dan dokumenter