STRA TEGI GURU PENDIDIKAN A GAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 6 DAU MALANG

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi guru pendidikan agama Islam dalam implementasi pengembangan ranah afektif siswa di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang. Kemudian penelitian ini juga mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pengembangan afektif siswa di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang serta solusi guru pendidikan agama Islam dalam meminimalisir faktor penghambat tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Subyek penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang dan siswa. Pemilihan lembaga SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang didasarkan pada kesenjangan antara pengembangan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa. Di mana pembelajaran agama Islam dalam ranah afektif siswa belum begitu mendapat perhatian yang lebih. Pengumpulan data dilakukan melalui obervasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunakan model Miles and Hubermen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi guru pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang dalam implementasi pengembangan ranah afektif siswa terdapat lima strategi adalah: (1) strategi persuasif, (2) memberikan teladan atau contoh, (3) membiasakan siswa untuk berperilaku baik, (4) sosialisasi dengan orangtua, dan (5) memaksimalkan sarana prasarana yang tersedia di sekolah. Kemudian faktor pendukung dalam implementasi pengembangan ranah afektif siswa adalah: (1) sumber daya manusia baik, (2) dukungan yang baik dari semua pihak di sekolah, dan (3) dukungan yang baik dari orangtua. Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi pengembangan afektif siswa ialah: (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan masyarakat, dan (3) kurangnya sarana dan prasarana sekolah. Solusi guru pendidikan agama Islam dalam meminimalisir faktor penghambat dalam implementasi pengembangan afektif siswa adalah: (1) memaksimalkan sarana prasarana yang tersedia di sekolah, (2) kerjasama dengan orangtua lebih baik, dan (3) memberikan pengarahan dan bimbingan yang lebih intens kepada siswa