KONFLIK TANAH ULAYAT ANTARA DESA REDONTENA DAN DESA ADOBALA DI KECAMATAN KELUBAGOLIT KABUPATEN FLORES TIMUR, NTT

Tanah mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi kehiudpan manusia. Tanah mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam kehidupan individu dan masyarakat, baik sebagai wadah untuk kegiatanya maupun sebagai aset dan faktor produksi untuk penghidupanya. Dengan menigkatnya kegiatan pembangunan, bertambahnya jumlah penduduk, permasalahan tanah dan sengketa di bidang pertanahan tidak akan mereda, tetapi sebaliknya akan bertambah. Kasus konflik pertanahan seperti sengketa tanah hampir terjadi di seluruh pemjuru tanah air. Hal serupa juga terjadi di Desa Redontena dan Desa Adobala Kecamatan Kelubagolit Kabupaten Flores TimurNTT. Penelitian bersifat kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data primer melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data skunder diperolah dari buku, jurnal, internet dan semua pustaka pendukung yang dapat dijadikan sebagai sumber data khusunya yang berkaitan dengan tema penelitian ini. penelitian ini menggunakan teori konflik realistis pemikiran Lewis Cooser dimana Cooser mengatakan bahwa konflik tidak hanya berdampak buruk bagi masyarakat tetapi juga berdampak positiv bagi masyarakat. Hasil penelitian dilapangan bahwa konflik tanah ulayat yang terjadi antara Deesa Redontena dan Desa adobala ini terjadi karena perebutan status kepemilikan tanah. Masyarakat dari kedua desa ini sama-sama mengklaim bahwa tanah ulayat tersebut milik mereka. Konflik tanah ulayat ini kemudian berujung pada pembunuhan, konflik tanah ulayat ini pertama kali terjadi pada tahun 1982 pada konflik tahun ini dua orang tewas dari masyarakat Desa Adobala. Setelah 30 tahun berlalu konflik ini kembali terjadi lagi yaitu tepatnya pada tahun 2013 yang menewaskan satu orang korban dari masyrakat Desa Redontena